Bobo.id – Teman-teman tahu tradisi Bau Nyale? Yuk, kita simak tradisi Bau Nyale ini!
Suku Sasak
Suku Sasak yang tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat memiliki tradisi yang disebut Bau Nyale.
Tradisi ini dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10, penanggalan Suku Sasak.
Tahun 2018 ini, tradisi Bau Nyale diadakan mulai bulan Februari sampai awal Maret mendatang.
Menangkap Cacing Laut
Dalam tradisi Bau Nyale, setiap orang ikut dalam keramaian di pantai-pantai di Lombok.
Mereka menangkap cacing laut yang disebut nyale.
Cacing laut ini ada yang berwarna merah, kuning, dan hijau.
Mulai dari anak-anak sampai orang tua, semuanya ikut berusaha menangkap cacing-cacing laut.
Ada yang duduk di bebatuan pantai, ada juga yang menerjang ombak ke arah pinggir laut.
Legenda Putri Mandalika
Kenapa mereka semua menangkap cacing laut saat tradisi Bau Nyale ini?
Menurut legenda di sana, dulu ada seorang putri yang cantik bernama Mandalika.
Banyak pangeran yang ingin menikahi Putri Mandalika karena kecantikannya.
Pangeran-pangeran itu pun melakukan perang untuk mendapatkan Putri Mandalika.
Putri Mandalika pun menceburkan diri ke laut agar para pangeran tidak melakukan perang.
Konon, setelah melompat ke laut, Putri Mandalika berubah menjadi cacing laut.
Nah, karena itulah dalam tradisi yang diadakan sekali dalam setahun ini, mereka berusaha menangkap cacing laut.
Dengan menangkap cacing laut itu, mereka berharap bisa bertemu dengan Putri Mandalika.
Mengandung Protein
Cacing laut ini ternyata mengandung protein yang tinggi.
Maka itu, setelah ditangkap, cacing berwarna-warni itu dimasak dan dimakan.
Rasanya juga, mmm, sangat enak, lo!
Biasanya cacing-cacing laut itu dimasak dengan cara dipepes, yaitu dibungkus dengan daun kelapa lalu dibakar.
Cacing laut juga dipercaya bisa menyuburkan tanaman, terutama padi.
Nah, itulah tradisi Bau Nyale di Lombok.
Kalau teman-teman mau mencoba keseruannya menangkap cacing laut, teman-teman bisa berkunjung ke Lombok sampai bulan Maret nanti.
Sumber: Kompas.com
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR