(Bagian 1)
Dahulu kala, hiduplah seorang wanita bernama Pascadozzia dan suaminya. Mereka sudah lama merindukan ingin mempunyai seorang anak. Hingga pada suatu hari, Bu Pascadozzia bermimpi aneh.
Ia bermimpi didatangi seorang nenek berambut putih.
“Kalau kau ingin punya anak, makanlah daun parsley. Maka kau akan punya bayi dengan rambut emas terindah di dunia. Tetapi hati-hati! Parsley yang kau makan haruslah yang tumbuh di taman di tengah Hutan Hitam!” pesan nenek itu. Setelah berkata begitu, nenek itu lalu menghilang.
Bu Pascadozzia terbangun di pagi hari dan menceritakan mimpinya itu pada suaminya. Ia meminta suaminya mengambilkan daun parsley di taman itu. Namun suaminya berkata,
“Mimpi ya hanya mimpi. Tak usah dipercayai. Lagipula, kau kan tahu siapa pemilik taman di Hutan Hitam itu!”
Bu Pascadozzia terdiam dan tak bicara lagi. Taman di Hutan Hitam itu memang milik seorang penyihir jahat yang sakti. Warga desanya menyebutnya Penyihir Hutan Hitam. Tamannya memang penuh dengan tanaman parsley yang konon sangat wangi. Namun, tak ada seorang pun yang berani masuk ke taman itu.
“Jangankan masuk ke taman itu. Melewati Hutan Hitam saja, tak ada penduduk desa yang berani. Semua menghindari tempat itu. Tapi kau ini aneh. Malah menyuruh suamimu masuk ke tempat mengerikan itu cuma untuk daun parsley!” omel suami Bu Pascadozzia.
Maka, sejak hari itu, Bu Pascadozzia tak pernah membicarakan hal itu lagi. Akan tetapi, beberapa minggu kemudian, Bu Pascadozzia bermimpi lagi untuk kedua kalinya. Lalu tak lama kemudian, ia bermimpi lagi untuk ketiga kalinya. Bu Pascadozzia akhirnya tak tahan lagi. Ia kembali merengek meminta suaminya untuk mengambilkan daun parsley di taman di Hutan Hitam.
Karena setiap hari Bu Pascadozzia merengek, suaminya tak tega juga. Akhirnya, suatu sore, ia pergi ke Hutan Hitam membawa keranjang. Setelah berjalan beberapa lama, sampailah ia di taman di tengah Hutan Hitam.
Sayangnya, gerbang taman itu tertutup rapat. Taman itu dikelilingi dinidng yang sangat tinggi. Suami Bu Pascadozzia akhirnya berputar di sekeliling dinding, sampai akhirnya menemukan sebatan pohon yang menempel dengan dinding taman. Ia lalu memanjati pohon itu, berpindah ke dinding taman itu, dan menjatuhkan diri ke dalam taman.
BRUK!
Ia jatuh tepat di sebelah tanaman parsley. Selama hidupnya, ia belum pernah melihat tanaman parsley yang sebanyak dan sesubur itu. Aromanya juga sangat wangi sampai ia sakit kepala mencium baunya.
Suami Bu Pascadozzia lalu berlutut dan mengisi keranjangnya dengan tanaman parsley. Namun, saat ia berdiri untuk pergi, tiba-tiba Penyihir Hutan Hitam muncul di depannya. Wajahnya sangat mengerikan karena ia sangat marah.
“Berani-beraninya kau mencuri tanaman parsleyku!” teriak penyihir itu. “Apa kau tidak tahu? Siapa saja yang berani masuk ke tamanku, pasti akan mendapat hukuman!”
Suami Bu Pascadozzia sangat ketakutan. Ia menjatuhkan dirinya, berlutut di depan Penyihir Hutan Hitam.
“Ampuni aku, Penyihir Hutan Hitam! Jangan marah padaku! Istriku berulang kali bermimpi. Seorang nenek berpesan padanya, kalau ia makan tanaman parsley dari taman milikmu, maka dia bisa punya anak yang cantik dengan rambut keemasan. Karena mimpinya itu, dia memohon padaku berkali-kali agar aku mengambil parsley ini…”
Penyihir Hutan Hitam terdiam sejenak seperti sedang berpikir. Sesaat kemudian, ia lalu berkata, “Baiklah! Berikan saja parsley itu pada istrimu. Tapi kau harus bayar!”
Suami Bu Pascadozzia sangat gembira karena mengira sudah terbebas dari hukuman. Ia berkata, “Aku janji akan membayar berapapun yang kau inginkan. Katakan saja aku harus membayar berapa…”
Penyihir Hutan Hitam tertawa terbahak-bahak. “Ha ha ha…, akan aku katakan setelah anakmu lahir. Aku akan datang untuk menagih hadiahku…”
“Baiklah, Penyihir Hutan Hitam! Aku dan istriku akan menunggu kedatanganmu…” suami Bu Pascadozzia membungkuk dengan hormat.
Penyihir Hutan Hitam mengangkat tangannya ke atas, dan terbukalah gerbang taman. Suami Bu Pascadozzia membungkuk sekali lagi dan buru-buru pergi membawa keranjang berisi parsley.
Nenek yang muncul di mimpi Bu Pascadozzia ternyata tidak bohong. Setelah Bu Pascadozzia makan parsley yang sangat wangi itu, setahun kemudian ia melahirkan seorang bayi perempuan. Bayi itu sangat cantik dan berambut emas. Ada tanda lahir di lengannya berbentuk daun parsley sehingga ia dinamakan Petrosinella. Di dalam bahasa Italia, Petrosinella berarti parsley.
Betapa gembiranya Bu Pascadozzia dan suaminya. Mereka sudah lama ingin menimang bayi dan kini impian mereka menjadi kenyataan. Mereka benar-benar lupa pada Penyihir Hutan Hitam. Sayangnya, Penyihir Hutan Hitam tak lupa pada mereka.
(Bagian 2)
Ketika Petrosinella berusia tujuh belas tahun, Penyihir Hutam Hitam datang ke rumah Bu Pascadozzia. Sepasang suami istri itu sangat terkejut.
“Aku datang untuk mengambil hadiahku. Kau sudah berjanji akan memberikannya!” kata Penyihir Hutan Hitam sambil menunjuk suami Bu Pascadozzia.
Suami Bu Pascadozzia langsung membungkuk hormat dan takut, “Katakan saja, apa yang kau inginkan, Penyihir Hutan Hitam yang sakti!”
Penyihir itu menyeringai mengerikan sambil berteriak, “Aku ingin Petrosinella!”
Dan sebelum suami istri itu sadar, Penyihir Hutan Hitam itu sudah menghilang dengan membawa Petrosinella bersamanya.
Betapa sedih kedua suami istri itu. Mereka menangis tersedu-sedu karena merasa kehilangan keajaiban yang ada di antara mereka.
Penyihir Hutan Hitam senang, karena kini ia punya orang yang bisa disuruh membersihkan rumah dan mencuci pakaiannya. Namun, karena Petrosinella semakin bertambah cantik, Penyihir Hitam jadi takut kalau gadis berambut emas itu diculik.
Maka ia lalu mengurung Petrosinella di menara tinggi di dalam Hutan Hitam. Menara itu tak punya pintu dan hanya memiliki satu jendela di puncak menara, di ruangan tempat Petrosinella tinggal.
Petrosinella bisa duduk seharian dan menjahit pakaian si penyihir. Kadang dia akan melihat ke luar jendela sambil menyanyi sedih. Suaranya sangat merdu dan terdengar di sekitar hutan.
Setiap malam, Penyihir Hutan Hitam itu akan berteriak pada Petrosinella dari bawah jendela, “Petrosinella, Petrosinella! Turunkan rambutmu! Aku bawa makanan untukmu!”
Jika mendengar suara ini, Petrosinella akan menurunkan rambut emasnya dari jendela. Penyihir Hutan Hitam lalu akan memanjati rambut itu bagai tangga.
Tak ada yang tahu kalau ada menara di Hutan Hitam itu. Bahkan Pangeran Pedro, putera raja penguasa negeri itu, tidak tahu tentang menara itu. Pangeran Pedro adalah seorang pemburu hebat. Ia sudah berburu di semua hutan dalam kerajaan ayahnya. Namun ia belum pernah masuk ke Hutan Hitam. Namun suatu hari, ketika ia berburu sendirian, sampailah ia di Hutan Hitam itu. Para pengawalnya tertinggal di tepi hutan.
Pangeran Pedro sangat takjub ketika menemukan menara tanpa pintu itu. Ia semakin takjub ketika mendengar suara nyanyian merdu dari atas menara. Ketika ia melihat ke atas, ternyata ada jendela kecil di puncak menara.
Karena tak ada pintu dan tangga untuk naik ke atas menara, Pangeran Pedro hanya menatap penasaran dari bawah. Ketika kembali ke istananya, ia tak bisa tidur sepanjang malam.
Di hari berikutnya, Pangeran Pedro pun kembali ke hutan itu sendirian. Kali ini ia sembunyi di balik pohon rimbun. Ia melihat ke puncak menara dan menatap ke jendela yang terbuka. Suara merdu itu lalu terdengar lagi. Pangeran Pedro menikmati merdunya suara itu.
Hari semakin gelap, dan malam pun tiba. Dari suatu tempat, tiba-tiba datanglah si Penyihir Hutan Hitam. Ia berdiri di bawah jendela dan berteriak dengan suaranya yang serak,
“Petrosinella, Petrosinella! Turunkan rambutmu! Aku bawa makanan untukmu!”
Setelah mendengar suara itu, Petrosinella menurunkan rambut emasnya dari jendela. Penyihir Hutan Hitam lalu akan memanjati rambut itu bagai tangga.
Pangeran Pedro melihat kejadian itu dengan takjub. Ia kembali ke istananya dan tak bisa tidur karena memikirkan rambut indah keemasan tadi.
Esoknya, Pangeran Pedro kembali ke hutan dengan semaikin penasaran. Ia sembunyi lagi di balik pohon lebat. Ia melihat sekeliling dan merasa keadaan aman. Sebelum hari gelap, Pangeran Pedro mendekat ke menara itu dan berteriak dari bawah menara dengan meniru suara Penyihir Hutan Hitam.
“Petrosinella, Petrosinella! Turunkan rambutmu! Aku bawa makanan untukmu!”
Setelah mendengar suara itu, seperti biasa Petrosinella menurunkan rambut emasnya dari jendela. Dengan tangkas dan cepat, Pangeran Pedro memanjati rambut itu.
Setiba di puncak menara, Pangeran Pedro melompat masuk lewat jendela ke dalam ruangan kecil. Petrosinella mendelik ketakutan saat melihat Pangeran Pedro di ruangannya.
“Siapa kau? Apa yang kau cari di sini?” seru Petrosinella.
Pangeran Pedro juga sama terkejutnya. Ia tak menyangka akan menemukan putri yang sangat cantik di ruangan itu. Setelah hilang rasa terkejutnya, Pangeran Pedro lalu menjelaskan.
“Aku Pangeran Pedro, putera raja di kerajaan ini. Aku mendengar suara nyanyianmu. Dan aku melihat rambutmu yang indah. Mengapa kau dikurung di sini? Siapa namamu?”
Mendengar suara Pangeran Pedro yang ramah, Petrosinella tidak takut lagi.
“Namaku Petrosinella,” ujar Petrosinella pelan. Ia lalu bercerita tentang Penyihir Hutan Hitam yang menculik dan mengurungnya di menara itu. Ia tak bisa lari dari tempat itu karena tak ada tangga dan pintu.
“Maafkan aku, Petrosinella. Aku tak tahu kalau ada warga kerajaanku yang diculik. Maukah kau kubebaskan dari tempat ini?” tanya Pangeran Pedro lagi.
Petrosinella menatap pangeran muda yang ramah itu, lalu mengangguk gembira.
“Kalau bagitu, aku akan datang lagi ke sini dengan membawa tali. Kita buat tangga sampai ke bawah agar kau bisa turun. Aku akan membawamu pergi dari sini dengan kudaku. Sekarang, aku harus pergi dulu karena sebentar lagi Penyihir Hutan Hitam akan datang,” kata Pangeran Pedro.
Dengan berat hati, sang pangeran berpamitan. Ia lalu turun lagi dengan untaian rambut Petrosinella. Ketika ia pergi dan menghilang ke hutan, datanglah si Penyihir Hutan Hitam. Penyihir Hutan Hitam tak pernah curiga kalau Petrosinella telah kedatangan tamu di menara itu.
“Petrosinella, Petrosinella! Turunkan rambutmu! Aku bawa makanan untukmu!” serunya seperti biasa.
Petrosinella pun bergegas menurunkan rambut emasnya dari jendela. Penyihir Hutan Hitam memanjat dengan santai sampai kepala Petrosinella menjadi lelah menahan berat tubuhnya. Karena kesal, ketika Penyihir Hutan Hitam tiba di atas, Petrosinella berkata,
“Nenek kenapa lama sekali memanjat. Tamu lain bisa cepat sekali tiba di atas sini!”
“Tamu laiiin?” seru Penyihir Hutan Hitam terkejut.
Petrosinella seketika menjadi takut, sadar telah membuka rahasianya sendiri.
“Rupanya ada penyusup yang naik ke sini!” seru si penyihir marah.
Ia segera mengambil pisau di jubahnya dan memotong rambut Petrosinella. Ia lalu mengikat rambut itu menjuntai keluar jendela, seakan ada Petrosinella di atas. Penyihir Hutan Hitam lalu membawa Petrosinella lebih jauh ke dalam hutan. Ia meninggalkan Petrosinella di sana agar dimakan hewan buas. Ia lalu kembali ke menara itu dan naik ke puncaknya.
Esoknya, Pangeran Pedro seperti biasa datang ke bawah jendela menara. Ia berteriak, “Petrosinella, Petrosinella! Turunkan rambutmu!”
Tak lama kemudian, ada rambut turun dari jendela. Pangeran Pedro segera memanjatnya dengan tangkas. Namun ketika melompat ke dalam ruangan, ia sangat terkejut. Yang menyambutnya bukan Petrosinella, melainkan Penyihir Hutan Hitam yang berwajah seram.
“Ternyata penyusup misteriusnya seorang pangeran?!” seru si penyihir. “Ah, sayang sekali! Sejak hari ini, kau tak akan bisa bertemu Petrosinella lagi! Ha ha ha…” tawa Penyihir Hutan Hitam girang.
Pangeran Pedro tidak takut.
“Aku akan mencarinya sampai kutemukan! Aku bahkan akan mencarinya sampai ke seluruh dunia!” serunya marah.
Sebelum si penyihir menyerangnya, Pangeran Pedro dengan nekat melompat keluar jendela. Semak-semak tebal di bawah menara, berhasil menahan tubuhnya. Namun ada duri semak yang menusuk matanya.
Pangeran Pedro menjadi buta. Namun ia tetap bertekat mencari Petrosinella. Ia lalu berkelana dari hutan ke hutan untuk mencari Petrosinella. Ia minum dari air sungai, makan umbi-umbian, atau buah matang yang jatuh dari pohon. Cukup lama ia mencari Petrosinella sampai tak tahu harus kemana lagi.
Suatu hari, saat sedang mencari Petrosinella, tiba-tiba Pangeran Pedro mendengar suara nyanyian. Ada seorang wanita yang bernyanyi. Suaranya merdu mirip suara Petrosinella. Pangeran Pedro berusaha mendekat ke arah suara itu. Ia lalu berseru keras,
“Petrosinellaaa… apakah itu kamu?”
Petrosinella yang sedang mengumpulkan ranting untuk kayu bakar, menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Begitu melihat Pangeran Pedro, ia segera menjatuhkan ranting-ranting itu.
“Pangeran Pedro, ini aku, Petrosinella…” Ia berlari ke arah Pangeran Pedro.
Keduanya menangis terharu karena bisa bertemu lagi. Petrosinella menghapus air matanya sendiri. Ia lalu menghapus air mata Pangeran Pedro. Anehnya, ketika airmata Petrosinella mengenai mata Pangeran Pedro, seketika mata Pangeran Pedro bisa melihat lagi.
Karena sudah bisa melihat, Pangeran Pedro dengan mudah membawa Petrosinella keluar dari hutan itu. Mereka pun tiba dengan selamat di istana.
Beberapa waktu kemudian, Pangeran Pedro dan Petrosinella menikah dan hidup bahagia. Pangeran Pedro menjemput ayah dan ibu Petrosinella untuk menyenangkan hati istrinya.
Betapa bahagianya Petrosinella. Ayah dan ibunya juga sangat terharu dan bahagia karena bisa menemukan Petrosinella kembali. Mereka semua tak akan pernah lupa pada peristiwa sedih itu terjadi, hanya gara-gara beberapa helai tanaman parsley.
Teks: Majalah Bobo / Adaptasi dongeng Eropa
Cara Bersikap terhadap Barang yang Dipakai, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR