Bobo.id – Saat ini, kita bisa menghubungi seseorang dengan mudah melalui ponsel.
Di zaman dulu, ponsel merupakan barang mewah dan mahal.
Tidak semua orang bisa punya ponsel.
Untuk menelpon, orang-orang harus pergi dulu ke telepon umum.
Bicara soal telepon umum, Teman-teman sudah tahu belum kalau telepon umum di zaman dulu itu beragam?
Kalau belum, ayo kita cari tahu bersama!
1. Telepon Umum Kartu (TUK)
Untuk menggunakan telepon umum ini, kita harus menggunakan kartu telepon.
Kalau tidak punya kartu telepon, kita tidak bisa menggunakan telepon umum ini.
Telepon umum ini bisa digunakan untuk menelepon ke dalam kota, luar kota, bahkan luar negeri.
BACA JUGA: Suka Berlama-lama Bicara di Telepon? Ternyata Inilah Efek Buruknya?
2. Telepon Umum Koin
Sesuai namanya, telepon umum ini baru bisa digunakan setelah kita memasukkan uang koin.
Uang koin biasanya dimasukkan ke dalam lubang yang ada di bagian atas telepon.
O iya, telepon umum koin itu dibedakan berdasarkan warnanya.
Telepon umum yang berwarna kuning baru bisa digunakan setelah kita memasukkan uang koin Rp50 atau uang koin Rp100.
Telepon umum yang berwarna biru baru bisa digunakan setelah kita memasukkan uang koin Rp100.
BACA JUGA: Apa Kabar Telepon Umum Kita??
3. Telepon Umum Multi Koin
Telepon umum ini sebenarnya sama saja dengan telepon umum koin.
Namun, telepon umum ini bisa menerima beberapa jenis uang koin.
Telepon umum multi koin ini biasanya berwarna perak.
Uang koin Rp50, uang koin Rp100, dan uang koin Rp500 bisa digunakan di telepon umum ini.
Semakin besar nominal uang koinnya, maka waktu meneleponnya pun akan semakin lama.
BACA JUGA: Uniknya Masker Telepon Penjaga Rahasia?
Tahukah Teman-teman?
Supaya teleponnya tidak terputus di tengah jalan, seseorang biasanya memasukkan beberapa uang koin sekaligus.
Namun, ada juga orang yang memasukkan uang koin saat menggunakan telepon umum. Saat uang koin masuk, waktu bicaranya akan bertambah lagi secara otomatis.
Foto: pixabay.com
Contoh Bentuk Kesenian Tradisional di Indonesia, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR