Hasan senang sekali karena dibelikan telepon genggam baru oleh kakak. Ia tanpa henti memainkan telepon genggamnya itu, mulai dari mencoba-coba aplikasi sampai bermain game.
“San, jangan mainan HP terus. Belajar-belajar,” kata Ibu menasehati.
“Iya Bu,” jawab Hasan.
Saat makan malam, Hasan masih sibuk memainkan telepon genggamnya, sedangkan yang lain masih makan. Hanya piring Hasan yang masih penuh makanan.
“Hasan ….” kata Ibu lagi mengingatkan.
Hasan hanya tersenyum dan segera meletakkan telepon genggamnya.
Ibu dan Bapak sudah melarang Hasan untuk membawa telepon genggam ke sekolah karena itu bisa membuat tidak konsentrasi. Apalagi, Hasan masih sering lupa untuk meletakkan telepon genggamnya jika sedang melakukan kegiatan yang lain. Ia terlalu asik bermain. Namun, Hasan sembunyi-sembunyi tetap membawa telepon genggamnya ke sekolah.
“Waaah, bagus sekali San,” kata Rizal sambil mebolak-balikkan HP Hasan.
“Iya dong, itu hadiah untuk aku. Keren kan! Sini-sini, aku mau pakai,” kata Hasan.
Hasan kembali lagi bermain dengan telepon genggamnya. Tidak peduli dengan teman-temannya yang lain. Ia tidak ikut bermain, tidak ikut berdiskusi, hanya sibuk dengan telepon genggam barunya.
Hari-hari berlalu seperti itu. Hasan tidak lagi bermain dengan teman-teman seperti biasa. Ia sibuk bermain dengan telepon genggamnya saja saat jam istirahat.
“Yah, baterainya habis!” kata Hasan kesal. Ia pun berusaha mencari charger di dalam tasnya, tetapi tidak ketemu.
Penglihatan Mulai Buram? Ini 3 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Mata Minus pada Anak-Anak
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR