Bobo.id - Kita mengenal buah jambu monyet atau jambu mede atau jambu mete.
Terutama bijinya yang kita sebut kacang mede atau kacang mete.
Ternyata, kita salah kaprah. Ada dua kesalahannya. Mau tahu apa salahnya?
Bukan Jambu
Meskipun namanya jambu monyet, tanaman ini bukanlah anggota keluarga jambu-jambuan (Myrtaceae).
Tanaman ini juga bukan dari keluarga kacang-kacangan (Fabaceae), meskipun kita sering menyebut buahnya sebagai kacang mede.
Jambu monyet ternyata termasuk keluarga mangga-manggaan (Anacadiaceae). Hm … enggak disangka, kan?
Jambu monyet sendiri memiliki nama Latin Anacardium occidentale.
Bukan Biji
Kita mengenal buah jambu monyet berbentuk bulat lonjong berwarna kuning atau merah, berdaging lunak, dengan biji berkulit keras berwarna cokelat kehitaman.
Biji itu tidak berada di dalam buah melainkan menggantung di ujung buah.
Sebenarnya yang kita sebut biji itu adalah buah jambu monyet. Sedangkan yang kita sebut buah adalah dasar bunga yang mengembang setelah terjadinya pembuahan.
Dengan kata lain, yang kita sebut biji itulah sebenarnya buah sejati. Sedangkan yang menggelembung berwarna kuning – merah itu adalah buah semu.
Getahnya Bikin Iritasi Kulit
Pohon jambu monyet adalah pohon berukuran sedang. Disebut jambu monyet karena bentuk buah sejati mirip kepala dan wajah monyet.
Sementara, buah semunya mirip buah jambu air atau jambu bol.
Pohon jambu monyet ditanam terutama untuk diambil buah sejatinya.
Buah sejati yang berkulit keras, berwarna cokelat kehitaman ini sangat bergetah.
Getah ini bisa mengakibatkan iritasi pada kulit. Karenanya, untuk menghindari getahnya, buah jambu monyet tidak pernah dipetik, melainkan buahnya yang sudah tua dibiarkan jatuh sendiri dari pohon dan dibiarkan getahnya kering di tanah.
Setelah itu barulah buah jambu monyet dipungut untuk diolah menjadi kacang mede atau kacang mete yang lezat.
Selain buah, pucuk daun jambu monyet diambil untuk dimakan sebagai lalap, terutama oleh orang Sunda.
Sedangkan daging buah semu yang rasanya agak sepat, sering digunakan sebagai pakan ternak, meskipun ada juga orang yang menyukainya
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR