Bobo.id – Mi, memang menjadi salah satu santapan favorit.
Bisa diolah dengan berbagai bahan makanan dan menjadi berbagai bentuk.
Berikut adalah serba-serbi seputar mi yang teman-teman harus tahu!
BACA JUGA: Sejarah Mi, dari Tiongkok Hingga Sampai di Indonesia
Berusia Ribuan Tahun
Mi diperkirakan sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu.
Sejarahnya pun masih belum pasti mengenai tempat pertama pembuatan mi.
Hal yang pasti adalah saat ini mi sudah ada di berbagai belahan dunia.
Informasi yang banyak beredar menyebutkan bahwa mi dibuat pertama di Tiongkok, lalu dibawa ke Eropa dan disana dibuatlah menjadi macam-macam pasta.
BACA JUGA: Bolehkah Makan Mi dengan Nasi?
Simbol Kehidupan yang Panjang
Di Tiongkok, mi ternyata bukan sekadar makanan.
Mi merupakan simbol kehidupan yang panjang, maka dari itu ada banyak sekali olahan mi yang dapat ditemui di sana.
Mi juga menjadi sajian wajib saat ulang tahun maupun tahun lalu.
Bahkan, mi juga bisa menjadi pengganti kue ulang tahun di sana.
Mesin Pembuat Mi
Walaupun berusia 4000 tahun, awalnya mi dibuat dengan cara manual atau dengan tangan tanpa bantuan alat canggih.
Mesin pembuat mi baru ditemukan pada tahun 700-an.
Setelah ditemukan mesin ini, baru kemudian lahirlah berbagai macam mi dengan bentuk yang beragam.
Mesin pembuat mi terus berkembang hingga tahun 1854, seorang penemu bernama T. Masuki berhasil menciptakan mesin pembuat mi mekanik.
Tingkat Kematangan Mi
Saat ini sudah ada berbagai macam jenis mi.
Berdasarkan tingkat kematangannya, mi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu mi kering, mi basah, dan mi instan.
Apa bedanya?
Mi basah memiliki kandungan air yang cukup tinggi, yaitu 52%, biasanya dibuat sebagai bahan baku mi ayam.
Jenis mi ini tidak terlalu tahan lama.
Mi kering disebut juga mi telur, dibuat dengan bahan baku telur dan tepung yang melalui proses pengeringan hingga benar-benar kering.
Mi ini biasa menjadi bahan baku mi rebus atau mi goreng.
Mi instan menjadi mi yang paling populer.
Mi ini memiliki kandungan air paling sedikit, sekitar 5-8%. Mi instan sebernarnya mi yang sudah matang, lalu dikeringkan.
Maka itu, butuh waktu yang sedikit saja untuk memasaknya.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR