Bobo.id – Apakah teman-teman pernah tahu kisah seputar Suku Tobelo Dalam atau Suku Togutil?
Mereka adalah salah satu suku yang hidupnya masih terbilang tradisional dibandingkan masyarakat umumnya.
Di manakah suku ini tinggal dan bagaimana kehidupannya?
Yuk, kita cari tahu!
BACA JUGA : Suku Nomaden di Sekitar Indonesia Ini Bisa Menyelam Belasan Menit
Suku di Wilayah Halmahera
Suku ini tinggal di wilayah Halmahera, Kepulauan Maluku.
Ada beberapa kelompok suku di wilayah ini dan setiap kelompoknya diberi nama yang berbeda sesuai dengan daerah aliran sungai di sana.
Nah, Suku Tobelo Dalam ini adalah Suku Togutil kelompok Tayawi.
Kelompok lainnya seperti Suku Togutil Akjira yang ada di Halmahera Tengah, Suku Togutil Tanjung Lili di Halmahera Timur, Suku Togutil Dodagam dan Suku Togutil lainnya.
BACA JUGA : Bisa Dihuni oleh 100 Orang, Inilah Keunikan Rumah Lamin Suku Dayak
Hidup Memanfaatkan Hasil Alam dan Berburu
Dalam bahasa Tobelo, Togutil berarti bodoh dan tertinggal.
Ini karena kehidupan mereka tidak sama seperti masyarakat modern pada umumnya.
Suku Togutil dalam kelompok Tayawi hidup dengan cara berburu.
Meski ada juga yang sudah mulai bercocok tanam dan memanfaatkan lahan kering.
Alat yang biasa mereka pakai untuk mempertahankan diri atau berburu yaitu parang yang disebut dengan Odiah, panah atau Otoimi, dan tumbah yang disebut dengan Ohokiki.
BACA JUGA : Kehidupan Suku Tengger yang Percaya pada Roh Nenek Moyang
Lebih Modern dari Suku Togutil Lainnya
Dibandingkan Suku Togutil lainnya, Suku Togutil Tayawi ini sudah lebih modern.
Bahkan ada yang sudah memeluk suatu agama tertentu.
Kalau dulu semuanya hanya menggunakan celana atau rok saja yang terbuat dari kulit pepohonan, kini kebanyakan dari Suku Togutil Tayawi ini sudah memakai pakaian.
Konon, suku ini berasal dari banyak keturunan bangsa asing, seperti India, Tiongkok, Portugis.
Itu sebabnya mereka memiliki wajah yang mirip seperti bule.
BACA JUGA : Memanjangkan Cuping Telinga, Simbol Kecantikan Suku Dayak Kalimantan
Hal unik lainnya dari Suku Togutil Tayawi ini, dulu mereka memiliki nama yang sama dengan nama-nama pepohonan yang ada di daerah tempat tinggalnya.
Kalau ada ibu yang melahirkan di sekitar pohon, maka anaknya akan diberi nama seperti pohon yang ada di dekatnya.
Namun, setelah mulai menganut agama, barulah ada perubahan dalam pemberian nama anak dan tidak memakai nama pohon lagi.
Lihat video ini juga, yuk!
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR