Bobo.id - Seperti yang kita tahu, sedotan dianggap sebagai salah satu alat bantu untuk menyeruput minuman, terutama minuman dingin.
Dengan benda ini, minuman dingin lebih mudah diminum karena tidak langsung mengenai gigi.
Saat ini, sedotan yang paling banyak digunakan adalah yang berbahan plastik.
Sayangnya, untuk alasan kebersihan dan kemudahan penggunaan, sedotan plastik ini sering dibuang begitu saja.
Sehingga, menyumbang sampah plastik di dunia.
Siapa sangka, sebenarnya sedotan awalnya tidak terbuat dari plastik.
Yuk, lihat fakta seputar sedotan yang kisahnya telah dimulai sejak 5.000 tahun lalu!
BACA JUGA : 3 Jenis Sedotan Ramah Lingkungan yang Bisa Kita Gunakan, Sudah Coba?
1. Sedotan Emas
Sedotan merupakan salah satu alat makan yang tertua di dunia, karena diciptakan lebih dari 5.000 tahun yang lalu.
Sedotan pertama dibuat oleh orang Sumeria sekitar tahun 3000 sebelum masehi (SM).
Ini dibuktikan dengan adanya penemuan artefak sedotan yang terbuat dari emas berlapis batu mulia lazuli.
Menurut para arkeolog, ini memberi bukti bahwa desain yang lebih sederhana digunakan jauh lebih awal dari itu.
Kemungkinan sedotan yang lebih awal terbuat dari kayu berukir atau tanaman berongga alami.
Para arkeolog menyebut, bangsa Sumeria menggunakan sedotan awal ini digunakan untuk minum bir.
Penggunaan sedotan ini agar endapan dalam bir tidak ikut terminum.
BACA JUGA : Pemerintah Inggris Akan Melarang Pemakaian Sedotan Plastik, Apa Alasannya?
2. Berbahan Kayu
Di Argentina, sedotan juga telah digunakan selama ribuan tahun.
Mulanya, orang Argentina menggunakan desain kayu sederhana.
Selanjutnya, mereka mengadaptasi fungsi yang sama pada perangkat logam dan kemudian menyebutnya "bombilla".
Benda tersebut digunakan sebagai sedotan sekaligus saringan saat minum teh.
3. Sedotan Tangkai Rumput
Sedotan semakin populer bersamaan dengan revolusi industri pada 1800-an.
Saat itu orang-orang menggunakan tangkai rumput gandum untuk minum.
Sayangnya, sisa-sisa dari tangkai jerami ini tertinggal dalam minuman dan membuatnya rusak.
Untuk mengatasi hal itu, Marvin C. Stone membuat sedotan modern pertama.
BACA JUGA : Perhatikan Ini Jika Minum dengan Sedotan
4. Bisa Ditekuk
Inovasi sedotan selanjutnya berlangsung lebih dari 40 tahun oleh Joseph B. Friedman.
Dia terinspirasi ketika melihat putrinya harus berjuang minum milkshake dengan sedotan yang tinggi.
Friedman kemudian mencoba menekuk sedotan tersebut.
Pada tahun 1937, dia mematenkan sedotan tekuk pertama.
Hingga awal 1960-an, sedotan kertas mendominasi pasar.
BACA JUGA : Sedotan yang Dapat Dimakan
5. Sedotan Plastik
Setelah itu, sedotan plastik mulai muncul dan menawarkan pengalaman minum yang berbeda.
Ditambah lagi, sedotan plastik juga lebih tahan lama dibanding yang terbuat dari kertas.
Pada pertengahan 1970-an, sedotan plastik menjadi inovasi populer.
Hingga saat ini, penggunaan plastik makin banyak.
Sekitar tahun 2017, banyak orang mulai sadar tentang kelemahan sedotan plastik.
Apalagi, sedotan plastik adalah salah satu produk yang hanya bisa sekali pakai.
Artinya, penggunaan sedotan plastik turut menyumbang sampah plastik di seluruh dunia.
Karenanya, banyak inovasi baru dilakukan berbagai perusahaan untuk menggantikan sedotan plastik.
BACA JUGA : Benarkah Minum Air Lemon Bisa Merusak Gigi? Kita Cari Tahu, Yuk!
6. Dari Bambu
Perusahaan Brush with Bamboo membuat sedotan bambu.
Sedotan ini dibuat di India dan dirancang untuk digunakan selama bertahun-tahun.
Sayangnya, harga sedotan bambu cukup mahal.
7. Bahan Logam
Bahan lain yang sedang dibuat sebagai sedotan adalah logam.
Umumnya, sedotan logam dijual beserta sikat pembersihnya supaya bisa digunakan berkali-kali dalam jangka panjang.
8. Bahan Lain
Beberapa toko sedotan menggunakan bahan kaca sebagai sedotan.
Untuk mengatasi masalah sanitasi, ada juga beberapa perusahaan yang membuat sedotan sekali pakai dengan bahan jagung.
Jagung dibuat menjadi biopolimer sebagai bahan pembuat plastik.
Nantinya, sedotan plastik biopolimer ini bisa dikomposkan dan diperbarui.
Lihat video ini juga, yuk!
(Teks : Resa Eka Ayu Sartika)
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR