2. Nyaneut di Sunda
Biasanya Nyaneut dilakukan saat menyambut malam Tahun Baru Islam.
Nyaneut sendiri merupakan singkatan dari Nyai Haneut atau Cai Haneut yang berarti air hangat.
Tradisi minum teh ini pun memiliki tata cara, yaitu sebelum meminum teh, kita harus memutar gelas teh di telapak tangan sebanyak 2 (dua) kali.
Kemudian, aroma teh harus dihirup sekira 3 (tiga) kali dan barulah teh boleh diminum.
BACA JUGA : 4 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Menyeduh Teh. Sudahkah Kamu Melakukannya?
3. Patehan, Keraton Yogyakarta
Tradisi Patehan tidak bisa dilakukan oleh siapa saja, hanya boleh dilakukan oleh lingkungan keraton.
Nama “Patehan” itu sendiri diambil dari tempat tradisi ini dilakukan, yakni di Bangsal Patehan.
Prosesi tradisi ini dilakukan oleh 5 (lima) perempuan dan 5 (lima) pria yang berpakaian adat Jawa dalam meracik dan menyajikan teh lengkap dengan makanan ringan yang dikhususkan untuk raja, keluarga, dan tamu keraton.
BACA JUGA : Mengenal Gyokuro, Teh Termahal di Jepang dengan Rasanya yang Unik
4. Nyahi di Betawi
Sajian teh ala Betawi ini dilakukan di pagi maupun sore hari.
Biasanya cenderung ringan alias tidak seberapa kental dengan citarasa yang mengarah ke tawar.
Konon kata "Nyahi" sendiri berasal dari budaya Arab, dari kata "Syahi" yang artinya teh.
Ada pula yang mengatakan budaya ini diadaptasi dari budaya minum teh di Tiongkok.
Kegiatan Nyahi biasanya dilakukan bersama keluarga atau teman pada sore hari beberapa jam usai waktu makan siang.
Bobo Funfair Digelar di Semarang, Bisa Ketemu Bobo Sekaligus Wisata Kuliner Nusantara
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR