Bobo.id - Selain di Bumi, ternyata di ruang angkasa juga banyak sampah, lo.
Bahkan sampah antariksa ini jumlahnya mencapai 500.000 buah, yang terdiri dari berbagai macam benda, seperti serpihan roket atau satelit.
Sampah antariksa tersebut merupakan hasil perjalanan ke ruang angkasa selama 50 tahun dan terus berputar-putar di orbit.
Banyaknya sampah antariksa ini salah satunya juga disebabkan oleh lemahnya peraturan untuk menjaga antariksa tetap bersih.
Baca Juga : Antares, Bintang Merah Super Besar yang Paling Terang di Rasi Scorpio
Sama seperti sampah di Bumi, sampah di antariksa ini juga berbahaya, lo. Itu karena kecepatan orbital bahkan bisa menyebabkan setetes cat yang bertabrakan dengan satelit bisa menyebabkan kerusakan parah, lo.
Karena permasalahan sampah antariksa inilah, sebuah satelit mini bernama RemoveDebris diuji coba agar suatu hari dapat menangkap sampah antariksa.
Cara kerja RemoveDebris ini adalah dengan menyebarkan jaring ke satelit utama sehingga sampah dapat diseret keluar dari orbit.
RemoveDebris dapat menangkap potongan sampah hingga panjang sepuluh meter, lo, termasuk satelit rusak.
Model satelit dan jaring akan dibiarkan untuk mengorbit secara bebas dan menjadi potongan puing yang tidak terkendali.
Namun, hal ini tidak menyebabkan risiko berkepanjangan, kok, karena dalam hitungan bulan, satelit akan keluar dari langit dan jatuh ke laut.
Satelit RemoveDebris ini rencananya akan diuji coba lagi dalam beberapa bulan mendatang.
Uji coba berikutnya adalah untuk menguji fitur navigasi yang dapat membantu memandu satelit ke arah tertentu.
Baca Juga : Mungkinkah Manusia di Bumi Pindah ke Planet Mars?
Namun untuk meluncurkan satelit ini, ada beebrapa tantangan yang harus dihadapi, nih.
Seperti masalah biaya, karena meskipun membuat satelit ini tidak terlalu mahal, tapi diperlukan beberapa satelit untuk membersihkan semua sampah antariksa.
Selain itu, proyek yang berasal dari Inggris ini tidak boleh menangkap objek ruang angkasa milik negara lain, lo.
Lihat juga video ini, yuk!
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR