Bobo.id - Hutan Amazon yang luas dan lebat selain menjadi tempat tinggal banyak spesies hewan, ternyata juga menjadi tempat tinggal salah satu suku yang paling terasing.
Sehari-hari, suku Zoe yang tinggal di pedalaman Amazon ini tidak memakai alas kaki, sehingga interaksi mereka dengan bumi terlihat sangat jelas, nih.
Suku Zoe juga dikatakan menjadi suku yang paling bahagia dan damai, lo, karena jauh dari keramaian dunia luar.
Meskipun hidup di lingkungan Amazon yang keras dan tidak bersahabat, suku Zoe berhasil membangun kehidupan yang tenang.
Baca Juga : Kisah Sedih di Balik Tradisi Menato Wajah dan Melubangi Hidung Suku Apatani
Selain itu, suku Zoe juga dikenal sebagai suku yang ramah dan sering menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat dengan cara rutin menyentuh dan membelai.
Suku Zoe hidup di dalam hutan Amazon, Brazil, di antara tipe sungai Erepecuru Cuminapanema.
Rumah yang ditinggali oleh suku Zoe terbuat dari kayu besar dan atapnya terbuat dari jerami dan dedaunan besar.
Dalam rumah yang ditempati satu keluarga tersebut biasanya terdapat berbagai fasilitas, salah satunya adalah kasur gantung berbahan serat yang dibuat oleh para perempuan.
Untuk mendapatkan makanan, suku Zoe akan berburu berbagai binatang, seperti ikan atau burung.
Perburuan ini bisa dilakukan sendiri atau berkelompok jika persediaan makanan tersedia dalam jumlah banyak, tujuannya agar berburu menjadi lebih mudah.
Jika biasanya setiap suku mempunyai pemimpin atau kepala suku, suku Zoe tidak memilikinya.
Suku Zoe lebih senang mendengarkan nasihat dari para tetua yang ada di sana dan keputusan diambil secara bersama-sama.
Baca Juga : Serba-serbi Nazar Boncugu, Mata Iblis Simbol Keberuntungan dari Turki
Hal lain yang membuat kehidupan suku Zoe di hutan Amazon dikatakan damai adalah karena tidak ada perselisihan dan kemarahan yang terjadi di antara mereka.
Jika ada perselisihan yang terjadi, hukuman paling berat yang akan diterima adalah mereka harus pergi meninggalkan keluarga dan desa tersebut.
O iya, suku Zoe mempunyai ciri khas yang membedakan suku Zoe dengan suku lainnya, lo.
Suku Zoe memakai sepotong kayu berbentuk kerucut yang dipasang menembus bawah bibir mereka.
Kayu yang bernama Poturu ini dipasang sejak usia 7 atau 9 tahun dan diganti dengan Poturu yang lebih besar seiring bertambahnya usia.
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR