Bobo.id - NASA memiliki banyak teleskop ruang angkasa yang digunakan untuk menjelajahi antariksa, salah satunya teleskop Kepler.
Teleskop Kepler diluncurkan pada 6 Maret 2009.
Teleskop ini mempunyai teknologi canggih untuk mengukur tingkat kecerahan bintang dengan kamera digital terbesar yang digunakan untuk observasi ruang angkasa pada saat itu.
Setelah bertugas selama 9 tahun, teleskop Kepler akhirnya harus pensiun dan berhenti mengudara, nih, teman-teman.
Pensiunnya Kepler ini ternyata disebabkan karena bahan bakarnya yang sudah habis.
Baca Juga : Mengapa Bintang di Langit Terlihat Berkelap-kelip? Ini Penjelasannya
Jessie Dotson, ilmuwan proyek Kepler mengatakan kalau Kepler sudah kehabisan bahan bakar selama berbulan-bulan.
Para ilmuwan sempat ingin memperpanjang masa operasional teleskop Kepler, tapi tank bahan bakar Kepler sudah kering sejak dua minggu yang lalu, nih.
Pensiunnya teleskop Kepler ini menandai berakhirnya operasi pesawat ruang angkasa dan akhir dari pengumpulan data sains yang dilakukan oleh Kepler.
Penugasan Kepler di ruang angkasa sudah membantu ilmuwan di bumi yang memiliki pengetahuan terbatas tentang ruang angkasa tentang keberasaan ribuan planet yang tidak diketahui sebelumnya.
Pengamatan terbaru yang dilakukan Kepler adalah 20 sampai 50 persen bintang yang biasa kita lihat di langit berukuran kecil, berbatu, dan mempunyai ukuran hampir sebesar Bumi.
Selain itu, bintang tersebut juga terletak di zona yang layak huni, jauh dari bintang induknya.
Baca Juga : Wah, Teropong Antariksa Hubble Sedang Bermasalah! Ada Apa, ya?
Hal ini menandakan kalau lokasi mereka jauh dari bintang induknya yang mempunyai banyak air di permukaannya.
Saat ini, teleskop Kepler tinggal menunggu untuk dinonaktifkan oleh pemancarnya dalam dua minggu ke depan.
Setelah dinonaktifkan, Kepler akan menghilang dalam orbit dan melayang menjauh dari Bumi, nih.
Meskipun teleskop Kepler ini telah pensiun, ternyata masih banyak, lo, palent di luar tata surya atau eksoplanet yang perlu diteliti lebih jauh.
Source | : | NASA,space.com,National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR