Bobo.id - Ilmuwan menemukan sejumlah besar gurita di perairan lepas pantai California.
Gurita yang ditemukan para ilmuwan ini jumlahnya sangat banyak, lo, sekitar seribu gurita.
Ini menjadikan wilayah Davidson Seamount sebagai area pembibitan gurita terbesar di laut dalam, nih.
Chad King, pemimpin eksplorasi Nautilus mengatakan kalau ini belum pernah ditemukan gurita sebanyak itu di Pantai Barat Amerika Serikat, bahkan di cagar alam pun belum pernah terjadi.
Baca Juga : Burung Gagak Bisa Membuat Alat dari Beberapa Benda, Pintar, ya!
Ternyata gurita-gurita yang ditemukan tadi sedang berkerumun di atas telur-telur mereka di sisa gunung berapi bawah laut yang sudah punah.
Sekitar 99 persen gurita yang ditemukan sedang meringkuk terbalik untuk melindungi telur-telur mereka yang diletakkan di celah batu karang.
Sekumpulan gurita Muusoctopus robustus yang belum pernah dilihat sebelumnya ini ditemukan para ilmuwan saat mereka memindahkan kendaraan bawah laut ke kedalaman 2 mil.
Penemuan sekelompok gurita ini dapat dikatakan sebagai sesuatu yang langka, lo, karena gurita dikenal sebagai hewan penyendiri.
Teman-teman akan sulit menemukan dan melihat gurita berkumpul menjadi sebuah kelompok di satu tempat.
Para ilmuwan mengatakan kalau di Davidson Seamount, air tampak berkilau di sekitar gurita, nih.
Hal ini menunjukkan kalau ada air yang lebih hangat merembes keluar dari gunung berapi.
Nah, hal inilah yang menyebabkan gurita meletakkan telurnya di celah tersebut, karena gurita kemungkinan sengaja mencari air hangat untuk menetaskan telurnya.
Baca Juga : Setelah 83 Tahun, Ada Spesies Buaya Baru Ditemukan di Afrika!
Tapi keberadaan air hangat ini masih menjadi perdebatan di antara para peneliti, lo, karena gunung berapi bawah laut Davidson telah punah, sehingga bisa jadi tidak memancarkan panas.
Adanya air panas ini dapat dipecahkan kalau peneliti bisa mengonfirmasi apakah air yang berkilau di sekitar gurita memang merupakan air panas.
Untuk itu, peneliti memutuskan untuk kembali mengirim robot ROV ke bawah laut untuk memastikannya.
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR