Bobo.id - Taman Nasional Chobe yang terletak di Botswana Utara, Afrika baru saja kehilangan sekitar 400 ekor kerbau, teman-teman.
Taman Nasional Chobe adalah taman nasional terbesar ketiga yang ada di Botswana dan terkenal karena memiliki populasi jerapah, gajah, dan kerbau yang banyak.
Berkurangnya jumlah kerbau sekitar 400 ekor ini ternyata disebabkan karena kerbau-kerbau tersebut tenggelam di sungai yang melintasi taman nasional ini.
Wah, apa yang menyebabkan kerbau-kerbau itu tenggelam di sungai, ya?
Baca Juga : Lalat Suka Memuntahkan Air Liur di Atas Makanannya, Apa Alasannya?
Dari penyelidikan awal yang dilakukan pihak taman nasional, diduga para kerbau ini panik karena menghindari kejaran singa, lo.
Kawanan kerbau ini kemudian berlari ke arah sungai dalam keadaan panik.
Hal ini menyebabkan mereka saling mengamuk dan menginjak kawanannya sendiri, nih, teman-teman.
Salah seorang pemilik penginapan di sekitar Taman Nasional Chobe, Simone Micheletti mengatakan dirinya mendengar auman singa yang cukup keras pada malam hari.
Keesokan paginya saat dirinya memeriksa sungai, ternyata sudah ada banyak kerbau yang mati di sungai tersebut.
Ia mengatakan malam saat singa tersebut mengaum, cuaca cukup berawan, dan kemungkinan hal tersebut, nih, yang membuat kerbau tidak dapat melihat dengan jelas karena cahaya bulan yang tertutup oleh awan.
Banyaknya kerbau yang mati ini adalah sebuah peristiwa yang belum pernah terjadi, lo.
Sebelumnya kejadian kematian massal kerbau hanya berjumlah 50 ekor saja, teman-teman.
Baca Juga : Echolocation, Cara Hewan Mengenali Lingkungan Sekitar Tanpa Cahaya
Para warga yang ada di sekitar Taman Nasional Chobe akhirnya diperbolehkan oleh pihak berwenang untuk mengambil kerbau-kerbau yang tenggelam di sungai tersebut untuk dibawa pulang dan dimasak.
Taman Nasional Chobe ini merupakan taman nasional pertama yang didirikan di Botswana dan sudah ada sejak tahun 1967, lo.
Ada empat wilayah di Taman Nasional Chobe ini, yaitu wilayah Serondela, wilayah Rawa-rawa Savuti, rawa-rawa Linyanti, serta hinterland yang panas dan kering berada di antara rawa-rawa Savuti dan Linyanti.
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR