Jika Teman-teman ingin melihat ratusan buaya berkumpul, di sinilah tempatnya!
Lokasi Taman
Taman Buaya Tanjung Pasir, termasuk salah satu tujuan wisata di Kota Tangerang. Lokasinya di Jl. Raya Tanjung Pasir Km 29, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Cukup mudah menemukan lokasi ini. Sebab, di halaman depan dibangun patung buaya yang sangat besar. Jika bingung, Teman-teman bisa bertanya. Asal sudah ketemu Desa Tanjung Pasir, rata-rata orang di sana tahu tempat ini.
Ratusan Buaya
Di taman ini, kita dapat melihat ratusan buaya dari berbagai ukuran dan usia. Ada dua kandang besar yang berisi buaya dewasa. Satu lagi, kandang terpisah. Isinya buaya yang umurnya sudah puluhan tahun. Menurut Pak Arsyad, pawang buaya di sini, ada tiga ratusan buaya yang dipelihara di taman ini. padahal, pada awalnya dulu, hanya beberapa ekor saja.
Memberi Makan Buaya
Kebanyakan pengunjung datang untuk melihat-lihat. Ada yang memotret, bahkan ada juga yang memberi makan. ada beberapa penjaga yang menyediakan ikan-ikan untuk umpan buaya. Kita bisa membelinya dari mereka. Harga satu ember ikan Rp75.000,00.
Kita bisa melempar sendiri umpan itu, atau meminta penjaga yang memberinya makan. Buaya yang sedang berebut makanan sangat bagus untuk difoto. Jika beruntung, kita bisa melihat pawang buaya membersihkan kandang atau merawat buaya-buaya ini.
Hati-hati
Buaya-buaya yang terlihat malas dan diam ini harus diwaspadai. Karena itu, jangan sampai melanggar batas pagar jika ingin melihat buaya-buaya ini. Sebab, buaya dapat bergerak dengan cepat dan tak terduga. Kita bisa mengamati perilaku buaya-buaya dari tempat duduk yang disediakan. Taman ini memang cukup nyaman. Apalagi, lokasinya cukup teduh oleh pepohonan.
Jika Teman-teman ingin tahu lebih tentang buaya, Teman-teman bisa bertanya pada pawang di sana. Ia akan dengan senang hati menjelaskan kepada kita.
Teks: Joko, Foto: Ricky Martin
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR