Air yang jatuh dari awan kemudian membeku dan padat akan berubah menjadi salju. Sederhananya, salju adalah uap air yang sudah membeku kemudian jatuh ke Bumi dalam bentuk kristal putih yang lembut.
Pembentukan salju
Pada mulanya kumpulan uap air di Bumi mendingin, kemudian menggumpal sehingga terbentuklah awan. Tetapi kelamaan jika uap air tersebut terus bertambah, maka awan tak akan sanggup lagi menahannya. Selain itu, beratnya juga bertambah. Maka akhirnya awan terpecah dan uap air jatuh ke permukaan Bumi.
Tapi tidak semua uap air yang jatuh itu kemudian beku dan berubah jadi salju, lo. Sebab untuk menjadi salju butuh temperatur yang sangat dingin, bahkan di bawah 0 derajat Celcius. Selain itu juga biasanya ada partikel lain yang membantu mempercepat perubahan uap air menjadi es/salju. Jika uap air turun dan bertemu partikel ini, maka pembekuan akan berjalan lebih cepat.
Istilah yang digunakan untuk menyebut partikel-partikel ini adalah nukleator. Nah, jika hingga jatuh ke tanah kristal es yang sudah membeku tersebut tidak meleleh karena perbedaan temperatur atau faktor lainnya, maka akan menjadi salju.
Pada umumnya, salju turun di tempat-tempat yang memiliki iklim sedang atau subtropis. Beberapa negara yang memiliki salju misalnya Swiss, New Zealand, Norwegia, Alaska, dan sebagainya. Sedangkan Indonesia merupakan negara tropis dan hanya memiliki 2 musim saja. Salah satu hal yang mempengaruhi hal ini adalah letak geografis sebuah negara.
Khususnya di Indonesia, jumlah radiasi matahari termasuk besar dan waktunya lebih lama. Hal ini berbeda dengan negara-negara lain yang memiliki iklim subtropis. Tetapi, ternyata di Indonesia ada sebagian wilayah yang memiliki salju.
Misalnya wilayah pegunungan Jayawijaya di Papua yang merupakan pegunungan paling tinggi di Indonesia. Ketinggiannya mencapai 4.900 meter dari permukaan laut. Di Jayawijaya, temperatur sangat dingin, melebihi tempat yang lain, sehingga di tempat ini memiliki salju abadi.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR