Beberapa suku di berbagai negara di dunia memiliki kebudayaan menato tubuhnya, seperti di Amerika Latin dan Afrika. Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia juga memiliki beberapa suku yang memiliki seni budaya tato di tubuhnya. Suku apa aja, ya?
1. Suku Mentawai
Suku ini tinggal di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Mereka mempunyai kebiasaan mentato tubuhnya dengan motif khusus yang disebut “Titi”. Sebutan untuk orang yang pandai membuat tato di Mentawai adalah “Sipatiti” atau “Sipaniti”.
Sebagian besar motif tato suku Mentawai ini adalah batu, hewan, tumbuhan, busur, mata kail, duri rotan, tempat sagu, dan binatang ternak. Ini merupakan lambang keseimbangan alam dan keindahan.
Tato suku Mentawai diperkirakan merupakan seni tubuh tertua di dunia, bahkan lebih tua dari seni tato di Mesir. Tetapi di masa sekarang, kebudayaan tato Suku Mentawai sudah semakin jarang ditemui karena sudah masuknya ajaran agama dan pendidikan.
Tetapi seni tato ini masih bisa kita lihat di Desa Madobak, Ugai, dan Matotonan yang berada di hulu Sungai Siberut Selatan, Pulau siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera.
2. Suku Dayak
Suku yang ada di daerah Kalimantan juga memiliki kebiasaan mentato tubuhnya, seperti Suku Dayak Iban, Suku Dayak Tunjung, Suku Dayak Daratan, Suku Dayak Kenyah, dan Suku Dayak Kayan.
Menurut tradisi orang-orang Dayak, pembuatan tato ini merupakan budaya yang berkaitan dengan peribadatan, kesenian, serta sebagai penanda status sosial di dalam kelompok. Mereka percaya bahwa tato yang ada di tubuh dapat menyelamatkan diri dan menangkal pengaruh jahat.
Suku Dayak laki-laki dan perempuan memiliki pemikiran yang berbeda dalam membuat seni tato di tubuhnya. Yang laki-laki biasanya membuat tato dengan motif yang melambangkan kejantanan, keberhasilan dalam perang, dan identitas kesukuan. Bahkan mereka yang menato tubuhnya merasa bangga karena dapat membuat kesan spektakuler.
Bagi wanita, seni tato ini berfungsi sebagai sarana untuk mempercantik diri.
3. Suku Moi
Bobo Funfair Digelar di Semarang, Bisa Ketemu Bobo Sekaligus Wisata Kuliner Nusantara
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR