Candi Prambanan merupakan salah satu tempat yang jadi pilihan menarik untuk dikunjungi ketika sedang berlibur ke Yogyakarta. Tak jauh dari Prambanan, tepatnya di sebelah Selatan, ada sebuah istana luas bernama Istana Ratu Boko.
Biara di bukit yang damai
Istana Ratu Boko dibangun oleh keturunan Wangsa Syailendra bernama Rakai Panangkaran. Nama awal yang diberikan untuk istana ini adalah Abhayagiri Vihara, artinya sebuah biara di atas bukit yang damai. Dari atas Ratu Boko, kamu juga bisa melihat Candi Prambanan sekaligus pemandangan Kota Jogja dan Gunung Merapi, lo!
Asal mula nama Ratu Boko
Ratu Boko atau dikenal juga dengan Ratu Baka adalah bahasa Jawa, yang berarti Raja Bangau. Nama ini konon mengacu pada sosok ayah dari Roro Jonggrang yang ada di komplek Candi Prambanan. Istana Ratu Boko dan Candi Prambanan memang masih merupakan bagian dari legenda Roro Jonggrang.
Bagian-bagian dalam Istana Ratu Boko
Ketika masuk ke dalam Istana Ratu Boko, kamu akan melihat 4 pembagian tempat; Barat, Timur, Tengah, dan Tenggara. Bukit ada di sebelah Barat. Keputren atau tempat para putri raja ada di sebelah Tenggara, lengkap dengan pendopo dan kolam.
Bagian tengah merupakan gapura utama tempat orang-orang akan melintas masuk dan juga ada sebuah lapangan yang cukup luas.
Lokasi dan tiket masuk
Lokasi Istana Ratu Boko terletak di antara dua desa di Kecamatan Sambireja, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Untuk mengunjungi Ratu Boko, kamu bisa membeli tiket terusan dari komplek Candi Prambanan seharga Rp 50.000,-
Dengan tiket terusan tersebut kamu bisa menjelajahi Candi Prambanan dan Istana Ratu Boko sekaligus, serta mendapat fasilitas tumpangan mini bus. Sebab jarak Candi Prambanan ke Istana Ratu Boko mencapai 3 kilometer dan harus ditempuh dengan kendaraan bermotor.
Pertama kali ditemukan hingga dicalonkan menjadi situs warisan dunia
Istana Ratu Boko pertama kali ditemukan tahun 1790 oleh Van Boeckholzt, dan selalu direkomendasikan kepada UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) –sebuah organisasi pendidikan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa, untuk masuk ke dalam situs warisan dunia sejak tahun 1995.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR