Majegau merupakan kekayaan hayati khas Pulau Bali. Berbeda dengan burung jalak bali yang sudah banya dikenal. Tidak banyak yang tahu, bahwa pohon majegau adalah flora identitas Provinsi Bali.
Variasi Nama
Tanaman ini memiliki nama ilmiah Dysoxylum densiflorum. Ia termasuk dalam keluarga Meliaceae berkerabat dengan tanaman mahoni. Setiap daerah memiliki sebutan yang berbeda-beda untuk majegau, seperti pingku (Sunda), cempaga (Jawa), kheuruh (Madura), dan tumbawa rendai (Minahasa).
Kayunya Wangi
Majegau mempunyai batang yang keras dan awet. Di Bali kayu majegau digunakan dalam upacara adat karena wanginya yang harum. Selain itu kayunya juga digunakan untuk bahan bangunan suci atau ukiran.
Majegau di Bali bukan menjadi sekedar pohon atau identitas. Majegau adalah pohon yang sangat disakralkan. Batang majegau dipercaya sebagai simbolisasi Bhatara Sadasiwa, sehingga sering digunakan dalam upacara manusa yadnya, yaitu suatu upacara suci atau pengorbanan suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir batin manusia.
Kayu majegau juga sering digunakan sebagai kayu bakar upacara karena memiliki bau yang harum. Selain itu, majegau juga berpotensi sebagai obat, khususnya untuk mengobati penyakit sulit buang air.
Langka
Keberadan majeagau sudah sangat langka di dalam hutan karena pencurian dan illegal loging. Pohon ini sekarang dilindungi di Kawasan Hutan Lindung RTK 19 Dusun Munduk Anyar, Kel. Tegalcangkring, Kec. Mendoyo, Kab. Jembrana, Bali.
Sumber teks: alamendah.org
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR