Upik sedang membolak-balik kalender. “Tahun baru kapan, sih, Reng? Aku pengen ikut pesta tahun baru,” kata Upik. “Wah, kamu harus sabar, Pik. Tahun baru masih lama sekali!” jawab Coreng.
“Ada negara-negara yang merayakan tahun baru tradisional tidak di tanggal 1 Januari, lo!” cerita Bobo sambil menunjukkan buku yang dipegangnya. Upik dan Coreng tertarik mendengarnya.
“Aha! Aku punya ide!” seru Bobo. “Bagaimana kalau kita... pssst... pssst...,” bisik Bobo. “Setuju!” Upik langsung berteriak dengan semangat. “Horeee! Aku bisa ikut pesta tahun baru sekarang!”
Pfff... pfff... dor!!! Olala, Upik terlonjak kaget ketika balon yang ditiupnya meletus. Hi hi hi, anak-anak tertawa geli. Mereka menyiapkan perlengkapan pesta sambil bercanda dan tertawa.
“Kalian mau pesta? Tahun baru kan masih lama?” tanya Paman Gembul keheranan. “Besok pagi sudah tahun baru, Paman!” jawab Upik. Paman Gembul bingung. “Ah, anak-anak yang aneh,” katanya.
Malam harinya, anak-anak berjingkat-jingkat menuju ruang keluarga. “Auw!” teriak Coreng yang tersandung Tompel. “Ssst!!!” bisik Bobo. Diam-diam, mereka menghias ruang keluarga dan menyiapkan pesta tahun baru.
Pukul dua belas malam. Byar! “Selamat tahun baru!” teriak anak-anak. Emak terkejut dan segera keluar kamar. “Lo, tahun baru kan masih lama,” kata Emak heran. “Ini kan tahun baru kelinci!” jelas Upik. “Kita, warga kelinci, boleh punya tahun baru sendiri! Kami mau merayakannya hari ini! Ini hadiah tahun baru untuk Emak!” Tentu saja Emak senang sekali. Semua bergembira di tahun baru kelinci.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero, Ilustrasi: Rudi
Contoh Bentuk Kesenian Tradisional di Indonesia, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR