Popok anti bocor adalah salah satu kebutuhan utama bayi. Tanpa popok anti bocor, ibu-ibu akan kerepotan membawa adik bayi bepergian.
Popok Dilapisi Plastik
Begitu juga yang dirasakan oleh Ibu Marion O’Brian Donovan. Ia mengalami kerepotan saat membawa bayinya. Ia harus mengganti popok bayinya berulang-ulang karena dalam perjalanan itu bayinya pipis berkali-kali. Belum lagi baju Ibu Marion juga kena ompol.
Berdasarkan pengalaman itu, Ibu Marion berpikir untuk mengatasi hal itu. Pada tahun 1946 ia mencoba membuat popok anti bocor. Ibu Marion melapisi popok bayi biasa dengan plastik. Tahu enggak, popok anti bocor yang pertama dibuat Ibu Marion adalah popok bayi yang dilapisi dengan gorden plastik yang ada di rumahnya. Sayangnya, popok anti bocor itu kurang memuaskan karena kaku sehingga tidak nyaman dipakai bayi.
Namun Bu Marion tidak menyerah. Ia mencoba dan mencoba lagi, sampai akhirnya ia membuat popok anti bocor dari popok bayi yang dilapisi dengan bahan nilon parasut. Ternyata popok ini cukup nyaman dipakai sang bayi sehingga Ibu Marion mulai berani memperkenalkan penemuannya ini kepada teman-temannya. Sayang, popok ini kurang diminati ibu-ibu.
Popok Bayi Berisi Bubur Kertas
Sepuluh tahun kemudian, Pak Victor Mills menyempurnakan penemuan Ibu Marion. Waktu itu Pak Victor mau membuat popok anti bocor untuk cucunya. Pak Victor mengisi bagian dalam popok anti bocor penemuan Bu Marion dengan bubur kertas. Bubur kertas itu bisa menyerap cairan lebih banyak. Popok jadi lebih awet. Popok anti bocor buatan Pak Victor ini tidak beda jauh bentuknya dengan popok anti bocor yang ada sekarang ini.
Pak Victor lalu mencoba memasarkan hasil kreasinya. Ternyata banyak peminatnya. Sampai sekarang popok anti bocor menjadi kebutuhan ibu-ibu untuk bayi.
Popok anti bocor temuan Pak Victor terus dikembangkan. Sekarang popok itu tidak lagi berisi bubur kertas, melainkan berisi butiran halus yang terbuat dari bahan kimia. Bahan itu memiliki daya serap cairan lebih tinggi dibandingkan bubur kertas.
Foto: Creative Commons
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR