Orangutan, badak jawa, kelinci sumatera, kambing hutan, dan harimau sumatera merupakan satwa langka penghuni hutan. Mereka jarang terlihat oleh manuisa dan sulit dijumpai. Namun, berkat kamera trap, ilmuwan peneliti bisa memiliki fotonya.
Bisa Memotret Sendiri
Kamera trap yang digunakan oleh para peneliti hewan langka di hutan sebetulnya merupakan kamera biasa. Pada umumnya kamera trap menggunakan kamera saku (pocket camera) yang telah dimodifikasi pada bagian tombol shutter (tombol penjepret kamera), sehingga ia bisa memotret sendiri kalau ada hewan yang melintas di depannya.
Rahasia kamera trap terletak pada sensor sinar infra merah (infra red) yang dipancarkan ke depan. Ketika ada hewan melintas di depan kamera dan menabrak sinar infra merah, maka sensor akan bekerja secara otomatis dan kamera akan memotret hewan tersebut.
Mengapa kamera saku yang murah meriah yang digunakan? Selain kamera ini menggunakan lensa fix (tidak perlu mengatur fokus), kamera saku harganya relatif murah.
Tidak Dipasang Sembarang Tempat
Pemasangan kamera trap tidak boleh asal. Peneliti harus mempertimbangkan betul lokasinya. Lokasi yang dipilih adalah lokasi dimana diperkirakan hewan tersebut sering melintas.
Setelah ditemukan lokasi yang tepat, langkah berikutnya adalah memasang kamera trap pada tempat yang strategis sehingga pada arah tersebut hewan yang melintas bisa terpotret dengan jelas.
Untuk menjaga keamanan dan kestabilan, biasanya kamera diikatkan pada batang pohon yang besar.
Beberapa Bulan Kemudian
Setelah beberapa bulan ditinggal di dalam hutan, kamera trap harus dikontrol dan diganti baterainya. Kartu memori pun diambil dan diganti dengan yang baru. Sesampai di kantor, peneliti akan melihat hasilnya. Apakah setiap kamera berhasil memotret hewan-hewan yang berkeliaran di hutan itu? Atau bahkan tidak ada hasilnya sama sekali?
Hilang?
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR