Hujan meteor sebenarnya bisa kita nikmati sepanjang tahunnya karena hujan meteor merupakan peristiwa langit tahunan yang terjadi saat bumi berevolusi. Kita lihat jadwalnya, yuk!
Januari – Hujan Meteor Quadrantid
Hujan meteor Quadrantid selalu menjadi hujan meteor pembuka setiap tahunnya. Hujan meteor ini bisa dilihat mulai dari tanggal 1 sampai 6 Januari dengan intensitas mencapai 80 meteor per jam yang datang dari arah rasi Bootes. Biasanya, puncak hujan meteor ini terjadi pada 3 Januari tengah malam hingga 4 Januari dini hari.
April – Hujan Meteor Lyrid
Hujan metor Lyrid bisa dinikmati mulai 19 sampai 25 April dan mencapai puncaknya pada 22 April. Saat puncaknya, teman-teman bisa hanya bisa melihat 18 meteor per jam. Meteor yang ternyata berasal dari ekor komet Thatcher C/1861 G1 ini datang dari arah rasi Lyra.
Mei – Hujan Meteor Eta Aquarid
Hujan meteor Eta Aquariid berasal dari debu-debu komet Halley. Hujan meteor ni terjadi selama satu bulan lebih, lo, yaitu dari 19 April hingga 28 Mei dengan puncaknya pada tanggal 6 Mei malam sampai 7 Mei dini hari. Hujan meteor yang terlihat dari arah rasi Aquarius ini intensitasnya 60 meteor per jam.
Baca Juga: Komet Halley, Komet Paling Terkenal
Juli – Hujan Meteor Delta Aquarid Selatan
Setelah hujan meteor Eta Aquarid, ada hujan meteor Delta Aquarid Selatan yang juga datang dari rasi Aquarius. Hujan meteor ini dimulai dari tanggal 12 Juli sampai 23 Agustus dan mencapai puncaknya pada 30 Juli, dengan intensitas 16 meteor per jam. Hujan meteor ini berasal dari debu komet Marsden and Kratch.
Agustus – Hujan Meteor Perseid
Hujan meteor Perseid merupakan salah satu hujan meteor yang paling baik untuk diamati. Dimulai pada 17 Juli hingga 24 Agustus, hujan meteor ini bisa memproduksi 100 meteor per jam pada malam puncaknya, yaitu pada 12 Agustus. Hujan meteor yang berasal dari debu komet Swift-Tuttle ini datang dari arah rasi Perseus.
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR