Indonesia terdiri dari banyak suku yang memiliki adat istiadatnya masing-masing. Salah satu upacara adat yang masih dilakukan sampai sekarang adalah Cing Cing Goling pada masyarakat Gunung Kidul.
Bentuk Rasa Syukur
Cing Cing Goling merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas masa panen yang menggembirakan. Melimpahnya hasil panen ini dikarenakan adanya bendungan yang dibangun ratusan tahun lalu pada zaman Kerajaan Majapahit.
Sejarah Upacara Adat
Upacara ini terinspirasi dari kisah pelarian para prajurit Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-15 yang dipimpin oleh Wisang Sanjaya dan Yudopati. Mereka melarikan diri dari Majapahit sampai ke daerah itu dan diterima oleh masyarakat di sana. Warga menganggap mereka orang yang baik.
Para pelarian itu membantu warga mengamankan desa dari para perampok hasil pertanian, bahkan mereka membuatkan sungai dan bendungan sehingga airnya bisa digunakan oleh warga untuk irigasi sawah.
Makanan yang Disajikan
Pada upacara tradisional ini biasanya warga akan memasak makanan yang disebut dengan nasi gurih. Mereka juga akan memotong ratusan ekor ayam yang dimasak menjadi suatu makanan yang disebut ingkung. Selain itu, dimasak juga beberapa lauk lain yang berbahan dasar kedelai.
Uniknya, juru masak tidak boleh mencicipi makanan yang dibuatnya. Kalau dilanggar, warga di sana percaya akan terjadi sesuatu yang tidak baik. Setelah selesai dimasak, makanan itu akan diletakkan di suatu tempat. Lalu kepala adat dan warga desa akan melakukan doa ucapan syukur. Semua makanan itu akan dibagikan kepada warga dan pengunjung setelah acara selesai.
Menginjak-injak Lahan
Cing Cing Goling sendiri berarti menarik kain jarik yang dipakai ke atas dan berlarian. Kain jarik adalah kain panjang berwarna hitam dengan corak batik berwarna cokelat. Nah, upacara ini menggambarkan prajurit dari Majapahit beserta warga desa yang berlarian mengusir perampok. Mereka menarik ke atas jarik yang dipakai agar bisa leluasa berlari.
Jadi pada saat upacara ini berlangsung, para penari berlarian menginjak-injak lahan pertanian. Mereka tidak bersedih saat tanaman mereka diinjak-injak. Justru warga malah mengharapkan lahan mereka diinjak oleh para penari karena mereka percaya bahwa tanaman yang diinjak itu tidak akan mati, tapi justru bertambah subur pada panen selanjutnya.
Bertemu Karakter Favorit di Doraemon Jolly Town MARGOCITY, Apa Saja Keseruannya?
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR