Bobo.id - Teman-teman masih ingat penemuan gambar banteng di dalam sebuah gua di pedalaman hutan di Kalimantan?
Gambar di dinding ini disebut oleh para peneliti sebagai gambar lambang hewan tertua, lo.
Para peneliti yang terdiri dari tim gabungan internasional dari Griffith University dan Institut Teknologi Bandung (ITB) baru saja menerbitkan hasil penelitian mengenai lukisan tersebut, nih.
Pindi Setiawan, salah satu peneliti dari ITB, mengatakan kepada Kompas.com kalau gambar banteng liar yang berusia 40.000 tahun tersebut memiliki warna merah yang dihasilkan oleh oker.
Baca Juga : Apakah Orang-orangan Sawah Benar-Benar Bisa Menakuti Hama Hewan?
Oker itu adalah pewarna merah alami yang berasal dari tanah liat yang mempunyai pigmen yang disebut hematit atau mineral kemerahan yang mengandung zat besi yang teroksidasi.
Zat besi yang teroksidasi ini adalah zat besi yang sudah bercampur dengan oksigen.
Ternyata pigmen alami yang berasal dari oker ini tidak hanya digunakan manusia purba di Indonesia saja, lo.
Hampir seluruh gambar prasejarah yang ditemukan di dinding gua ataupun lukisan dari abad pertengahan dibuat menggunakan oker, nih, teman-teman.
Paul Pettitt, profesor arkeologi dari Universitas Durham, Inggris, menjelaskan oker yang pada dasarnya adalah mineral membuat warna merahnya bisa bertahan sangat lama, bahkan sampai berabad-abad.
Selain itu, oker juga bisa menempel di permukaan apapun, lo, termasuk tubuh manusia.
Hal ini menjadikan oker menjadi pewarna yang cocok untuk digunakan di manapun.
Nah, oker bisa ditemukan di mana saja, nih, seperti di bebatuan dan tanah, dan di manapun mineral besi terkumpul dan terbentuk.
Baca Juga : Banyak Orang Asia Berpose Jari Tanda
Oker juga bisa ditemukan di tepi lembah, tebing, dan gua.
Agar oker bisa digunakan sebagai pewarna alami, oker harus diubah menjadi berbentuk bubuk terlebih dahulu, teman-teman.
Oker yang sudah berbentuk bubuk ini kemudian dicampur dengan berbagai cairan, seperti air atau putih telur, dan kemudian dipakai untuk mewarnai.
Bukti penggunaan oker paling awal ditemukan pada periode Paleolitik, sekitar 285.000 tahun yang lalu di Kenya.
Di sana, para peneliti menemukan sekitar 70 buah oker yang memiliki berat sekitar 5 kilogram, lo.
Selain itu, orang Neaderthal juga dipercaya menggunakan oker untuk melukis di dinding gua, melukis kulit, dan juga mewarnai pakaian mereka, nih.
Warna merah mencolok yang dihasilkan dari oker ini juga berguna bagi para manusia purba, lo.
Baca Juga : Pameran Ulos di Museum Tekstil, Pernah Lihat Kain Ulos?
Dengan warna merah yang mencolok, membantu manusia purba untuk bisa melihat dengan mudah, terutama di tempat yang cahayanya sedikit.
Selain itu, oker berwarna cokelat digunakan manusia purba untuk mengusir nyamuk, melindungi tubuh dari sinar matahari dan dingin, pengobatan, pengolahan tanaman, juga perekat peralatan batu.
Caranya adalah dengan mengoleskan oker berwarna cokelat tadi ke kulit mereka, teman-teman.