Dongeng Anak: Ketika Hendak Menjual Rumah

By Sepdian Anindyajati, Rabu, 28 November 2018 | 14:30 WIB
Ketika Hendak Menjual Rumah (colematt/iStockphoto)

Ups! Baru terbuka sedikit, suara itu terdengar. Papa Beruang kaget. Pak Dobi mengernyit heran.

Perasaan, engselnya sudah kulumasi, pikir Papa Beruang. Dengan cara perlahan Papa Beruang mendorong lebar pintu itu. Tetapi suara itu tetap terdengar.

Kreeet…kreeet…

“Oh, maaf. Nanti pintunya segera aku perbaiki,” ujar Papa Beruang merasa malu.

Pak Dobi diam saja sambil masuk ke dalam rumah.

“Nah, ini ruang tamunya, Pak Dobi. Cat dindingnya masih baru,” kata Papa Beruang cepat-cepat memasang wajah tersenyum.

“Hmm, bagus…bagus!” gumam Pak Dobi sambil meraba satu sisi tembok lalu mengetuk-ngetuk.

Dok…dok…dok…

Baca Juga : Warga Bikini Bottom Berduka Atas Kepergian Stephen Hillenburg

“Akh…,” ekspresi Pak Dobi berubah kecewa. Ia meninggalkan dinding itu menuju sebuah tangga dari kayu yang menghubungkan lantai atas.

Sementara itu, Papa Beruang yang masih di ruang tamu lagi-lagi dibuat heran. Tak percaya dengan pendengarannya, ia ikut mengetuk-ngetuk dinding tadi.

Dok…dok…dok…

Benar. Temboknya berbunyi. Biasanya itu pertanda temboknya keropos karena kebanyakkan pasir daripada semen. Papa Beruang mencoba mengingat-ingat penyebabnya. Tetapi, ia sudah tergopoh-gopoh menyusul tamunya yang hendak naik tangga

“Oh…oh…Mari, kita ke lantai atas, Pak Dobi. Sini aku bantu?” Papa Beruang hendak menggandeng Pak Dobi.

“Tidak perlu!” tepis Pak Dobi. “Aku belum tua. Aku bisa naik sendiri.”

Papa Beruang jadi salah tingkah. Ia garuk-garuk kepalanya sambil membiarkan Pak Dobi menginjak anak tangga satu persatu.

Baca Juga : Stephen Hillenburg, Pencipta SpongeBob Pernah Belajar Kelautan, lo!

Tetapi, ketika Pak Dobi sudah sampai di anak tangga kelima, terdengar bunyi, kraaak…kraaak…

“Oh!” Pak Dobi terlonjak kaget. Ia cepat-cepat turun. “Rumah ini berbahaya! Aku tidak berminat membelinya. Permisi!”

“Tapi…,” Papa Beruang hanya termangu. Tamunya bergegas menuju pintu depan rumah. Ketika Pak Dobi sudah di dalam mobil, ia menyalakan mesin dan melesat pergi.

Papa Beruang lesu menutup pintu depan. Tetapi, kedua bola matanya sekejab membelalak. Ia coba membuka lagi pintu itu lalu menutupnya.

Lho! Pintu ini tidak berkeriat lagi, batinnya.