Baca Juga : Pergantian Cuaca Membuat Kita Sering Sakit, Cari Tahu Sebabnya, yuk!
Cepat-cepat ia menuju sisi tembok yang tadi terdengar keropos. Ia ketuk-ketuk.
Tak…tak…
Temboknya berbunyi. Tetapi, itu suara tembok yang padat.
Papa Beruang semakin heran. Apalagi ketika ia menginjak anak tangga kelima. Papannya memang sedikit melengkung. Tetapi, tidak terdengar suara papan yang mau patah.
“Papa…!” seru ketiga anak beruang yang tiba-tiba muncul dari belakang. Beno, Beni dan Benu terlihat gembira sekali.
“Pak Dobi tidak jadi beli rumah kita, ya?” ujar Beno.
“Berarti kita tetap tinggal disini,” sambung Beni.
“Horee!” girang Benu.
“Lho, kok, kalian malah senang?” tanya Papa Beruang.
“Sebab, kami sudah betah disini dan tidak ingin kehilangan teman-teman,” jawab mereka serempak.
Baca Juga : Merasakan Hujan Salju sambil Bermain Lego di Legoland Malaysia
Papa Beruang terdiam. Memang, ia menjual rumah ini karena hanya ingin mencoba suasana baru. Tetapi, ia lupa. Ia belum meminta pendapat ketiga anak-anaknya.
Sedangkan, Mama Beruang hanya mengikuti saja keputusannya. Lagipula, ia jadi sadar. Ia hampir melupakan teman-temannya di sini.
“Kalian serius?” tanya Papa Beruang yang langsung ditanggapi dengan anggukan ketiga anaknya dengan mantap. “Kalau kalian ingin tetap tinggal disini, aku pun tidak lagi tertarik untuk pindah rumah,” ujar Papa Beruang akhirnya.
“Asyik!” sorak ketiga anak beruang itu.
Papa Beruang tertawa. Ia juga sudah lupa dengan keanehan-keanehan yang terjadi tadi.
Baca Juga : Di Swedia, Ada Telur Emas Raksasa yang Berkilauan! Telur Apa, ya?
Ssttt! Tapi, kalian jangan membocorkan rahasia ini, ya. Sebenarnya, suara-suara itu adalah hasil perbuatan Beni, Beno dan Benu. Kok, bisa?
Begini. Ketika pintu depan mulai dibuka, Beni yang meniru suara berkeriat itu di balik pintu. Ia memang pandai meniru suara apapun. Ia baru keluar dari persembunyian begitu Papa Beruang dan Pak Dobi tidak menyadarinya.
Untuk masalah suara dinding keropos, sebenarnya rencana ini sudah diperhitungkan. Biasanya, calon pembeli suka mengetuk-ngetuk dinding untuk menguji kualitasnya.
Maka, tugas Beno adalah siaga dengan telinga yang menempel di balik dinding yang kebetulan adalah kamarnya. Begitu Pak Dobi dan Papa Beruang mengetuk-ngetuk dinding, Beno lekas mengetuk kardus keras-keras mengikuti irama ketukan.
Baca Juga : Wah, Paus Bungkuk Juga Suka Mengganti Lagu Nyanyiannya Seperti Kita
Kalau suara anak tangga yang seperti mau patah, itu ulah Benu yang membengkokkan triplek secara perlahan-lahan. Suaranya pasti terdengar mirip. Apalagi dilakukan di kolong tangga.
Cerdik, ya, mereka!
Cerita: Ganda Rudolf.