Dongeng Anak: Mahkota Ular (Bagian 2)

By Sepdian Anindyajati, Sabtu, 12 Januari 2019 | 17:05 WIB
Ilustrasi ular viper. (Pixabay)

“Aku punya kekuatan sehingga ular-ular ini tidak menyakiti aku,” kata nenek itu. “Aku juga bisa membebaskanmu dari ular-ular ini, asalkan kau mau mengembalikan mahkota emas kecil itu pada Ratu Ular,” kata nenek itu lagi.

Petani itu semula ragu-ragu. Namun ia melihat Ratu Ular mendesis marah. Ular-ular lain juga ikut mendesis. Petani itu tidak menemukan jalan lain untuk selamat dari serangan ular-ular itu. Maka ia akhirnya setuju.

Wanita tua itu lalu menggumamkan mantra. Saat itu juga, Ratu Ular dan ular-ular pengikutnya segera merayap pergi dari tempat itu sambil mendesis.

Petani itu tak menyangka akan terbebas dengan begitu mudah. Keserakahan segera timbul di hatinya. Ia merasa tidak rela untuk memberikan mahkota kecil yang sangat berharga itu pada si nenek.

“Nenek ini tidak mungkin balas dendam padaku kalau aku khianati. Dia bisa membaca mantra, tapi tidak punya kekuatan sihir yang hebat,” pikirnya.

Baca Juga : Wah, Spesies Ular Baru Ditemukan di Dalam Perut Seekor Ular Lainnya!

Maka, petani itu lalu turun dari pohon karena sudah aman. Ia pura-pura akan mencari keledainya yang lari dulu. Namun, saat si nenek tampak lengah, petani itu segera lari meninggalkan si nenek di hutan. Petani serakah itu tak tahu, kalau nenek itu adalah nenek penyihir yang telah menyihir Putri Kathrin menjadi ular.

Selama beberapa tahun, petani itu menggunakan mahkota kecil itu untuk keuntungannya sendiri. Lemari uangnya selalu penuh dan ia tidak pernah kehabisan uang. Setelah uangnya banyak, ia memindahkan mahkota emas kecil itu ke lumbungnya.

Beberapa waktu kemudian, lumbung petani itu penuh dengan gandum, tak habis-habisnya walau banyak warga desa yang datang membeli gandumnya. Petani itu sampai kewalahan saat memasukkan gandum ke penggilingan untuk membuat tepung.

Pada suatu hari, petani yang sudah kaya raya itu mendapat ide.

“Kalau gandum di lumbung yang menjadi banyak, aku jadi kewalahan saat memasukkannya ke penggilingan. Lebih praktis kalau gandum yang sudah ada di penggilingan yang menjadi banyak. Aku tak perlu memindahkannya lagi,” pikirnya.

Maka hari itu, petani kaya yang serakah itu memindahkan mahkota kecil emasnya dari lumbung. Ia memasukkan mahkota kecil itu ke dalam alat penggilingan gandumnya. Gandum-gandum di dalam penggilingan terus bertambah tak habis-habisnya tanpa harus ditambah oleh si petani. Batu pengglingan terus menerus berputar, menggiling gandum-gandum sampai menjadi berkarung-karung tepung.         

Baca Juga : Opossum, Marsupila Kecil yang Kebal Terhadap Gigitan Ular Berbisa

Mahkota kecil emas itu berada beberapa hari di dalam alat penggilingan. Petani sangat senang dan merasa idenya sangat cerdas.

Namun petani serakah ini tak sadar, kalau mahkota emas kecil itu perlahan tenggelam lebih dalam dan dalam. Mahkota itu akhirnya semakin dekat dengan batu penggilinga. Dan…

KREK!

Tiba-tiba saja batu itu terperosok masuk ke antara batu gilingan dan menjadi bubuk. Ya, makkota emas kecil itu kini hancur mencari bubuk.

Seketika itu juga, tepung-tepung di dalam karung menghilang dan menjadi kosong. Pada saat yang sama, roda penggilingan berhenti berputar. Petani itu menjadi sangat khawatir. Ia memeriksa wadah tempat memasukkan gandum dan mencari mahkota emas kecil itu. Namun ia tak bisa menemukannya.  

Petani itu tak tahu kalau mahkota emas kecil itu sudah hancur dan lenyap. Ia adalah pemilik terakhir dari mahkota itu. Artinya, kutukan penyihir jatuh padanya.

Pada saat itu, terdengar petir menggelegar di atas rumah penggilingannya. Tempat itu disambar petir dan runtuhlah rumah itu. Si petani yang serakah ditemukan tewas tertimpa reruntuhan rumah penggilingannya.

Baca Juga : Bagaimana Awan Lentikularis di Gunung Semeru Terbentuk?

Si nenek sihir tampak berdiri di depan rumah penggilingan yang runtuh. Nenek yang ditipu oleh petani serakah ini.

“Andai kau tidak serakah, mahkota emas kecil itu pasti jatuh ke tangan orang lain. Tapi beginilah nasibmu. Dan keberuntungan Putri Kathrin telah datang padanya berkat doa ayahnya,” gumam nenek penyihir.

Di saat itu, Ratu Ular yang sedang berada di tepi sungai, terbebas dari kutukan. Ia berubah menjadi Putri Kathrin kembali. Betapa bahagia dan terharunya Putri Katrhin. Seekor ular yang berada di dekatnya tiba-tiba juga berubah menjadi seekor kuda.

Kuda itu mengantar Putri Kathrin kembali ke istana Raja Alpen. Betapa bahagianya Raja Alpen melihat putrinya kembali. Mereka berpelukan penuh haru. Putri Katrhin berjanji tak akan sombong dan sembarang bicara lagi. Pengalamannya menjadi Putri Ular, membuatnya menjadi putri yang rendah hati.

Baca Juga : Wah, Ada Makhluk Aneh Mirip Ular di Perairan Selandia Baru, Makhluk Apa?

Lihat juga video ini, ya.