Bobo.id - Tiongkok mencetak sejarah baru karena berhasil mendaratkan wahana antariksanya di sisi terjauh Bulan.
Pendaratan wahana bernama Chang'e-4 ini adalah yang pertama dilakukan setelah 40 tahun pendaratan pertama manusia di Bulan.
Wahana Chang'e-4 ini mendarat pada 3 Januari 2019 lalu setelah sempat mengorbit Bulan pada bulan Desember 2018.
Chang'e-4 mendarat di sisi terjauh Bulan dengan membawa misi untuk menjelajah permukaan Bulan dan memeriksa komposisi Bulan.
Baca Juga : Wah, Atmosfer Matahari Berhasil Dipotret dengan Jarak Terdekat, lo!
Selain dua misi tadi, ada misi besar yang ingin dilakukan oleh badan antariksa Tiongkok, yaitu bercocok tanam di Bulan, teman-teman.
Untuk itu, Chang'e-4 membawa sebuah tbung seberat 3 kilogram yang berisi beberapa bibit tanaman dan juga telur ulat sutra.
Tujuan dari bibit tanaman dan telur ulat sutra ini dibawa ke Bulan adalah untuk mengetahui apakah ada tanaman dan hewan yang bisa hidup di Bulan.
Setelah sempat tumbuh, bibit tanaman yang dibawa ke Bulan ini akhirnya mati, teman-teman. Apa sebabnya, ya?
Bibit tanaman sempat tumbuh
Chang'e-4 mendarat pada 3 Januari lalu dengan membawa bibit tanaman kentang dan bibit arabidopsis atau selada.
Akhirnya tanggal 12 Januari, bibit yang diletakkan di dalam tabung ini menunjukkan pertumbuhan, dan pada tanggal 15 Januari tanaman ini dilaporkan menjadi tanaman pertama yang berhasil tumbuh di Bulan.
Tapi sayangnya tanggal 16 Januari yang lalu, tanaman yang tumbuh dengan menggunakan media tanam kapas ini mati, teman-teman.
Baca Juga : Inti Matahari Berputar Lebih Cepat daripada Bagian Permukaannya
Disebabkan suhu Bulan yang rendah
Bibit tanaman sang sempat tumbuh selama beberapa hari ini harus mati karena adanya penurunan suhu yang sangat drastis di Bulan.
Ketika malam tiba, suhu di dalam Chang'e-4 turun menjadi -52 derajat Celcius dan terus turun hingga mencapai suhu -180 derajat Celcius.
Ternyata, di dalam Chang'e-4 tidak ada mekanisme yang menjaga agar tanaman tetap terjaga kehangatannya, lo.
Pembekuan mendadak bisa membuat tanaman mati
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO), suhu yang turun secara drastis dan terjadi pembekuan mendadak bisa menyebabkan tanaman langsung mati.
Kapas yang menjadi media tanam bibit tumbuhan yang dibawa ke Bulan ini ternyata tidak bisa beradaptasi dengan suhu Bulan yang sangat dingin pada malam hari.
Selain itu, perubahan suhu yang terjadi di Bulan tidak terjadi seperti pergantian musim panas ke musim dingin di Bumi, dan menyebabkan tanaman di Bulan kesulitan beradaptasi.
Baca Juga : Ingin Melihat Indahnya Langit Bertabur Bintang? Datang ke 6 Tempat Ini
Bagaimana bibit tanaman bisa tumbuh?
Kalau suhu malam hari di Bulan bisa mencapai -180 derajat dan membuat tanaman yang sudah tumbuh tunasnya mati, lalu bagaimana bibit tanaman ini bisa sempat tumbuh, ya?
Ternyata sebelumnya periode siang di Bulan berlangsung selama sekitar dua minggu, teman-teman.
Saat siang hari berlangsung inilah, suhu di Bulan bisa mencapai setinggi 100 derajat Celcius, lalu membuat bibit tanaman yang dibawa Chang'e-4 bisa mulai tumbuh tunasnya.
Tapi saat malam hari tiba, temperatur di Bulan dapat turun dengan cepat dan drastis bahkan sampai ke angka -173 derajat Celcius.
Perubahan suhu yang drastis ini sama seperti air yang akan langsung membeku dan membuat daun-daun segera gugur jika terkena suhu tersebut.
Maka tidak heran kalau tanaman yang tumbuh di kapas tidak dapat beradaptasi dan langsung mati.
Bukti tanaman bisa tumbuh di Bulan
Baca Juga : Elysium Planitia, Tempat Mendarat InSight Mars Lander
Walaupun tanaman yang sempat tumbuh di tabung yang dibawa wahana Chang'e-4 akhirnya mati, tapi ini membuktikan usaha Tiongkok tidak sia-sia, lo.
Pertumbuhan bibit tanaman ini menunjukkan kalau ada makhluk yang bisa hidup di Bulan, walaupun hanya sebentar karena diakibatkan perubahan suhu.