Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini, ya?
Cerpen anak hari ini berjudul Pohon Mangga Pak Karjo.
Yuk, langsung saja kita baca cerpen anak hari ini!
-------------------------------------
Baca Juga : Cerpen Anak: Toto dan Anak Awan
Di Desa Pekasih, tinggal seorang lelaki tua yang sebatang kara. Pak Karjo namanya.
Pak Karjo seorang petani yang tekun bekerja. Ia memiliki sebidang pekarangan luas yang digarapnya dengan kerja keras.
Pekarangan itu ditanami sayur-mayur dan buah-buahan. Pada musim panen sebagian hasil kebunnya dibagibagikan ke tetangga, sedangkan sisanya dijual ke pasar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga : Sering Salah, Beginilah Cara Menyikat Gigi yang Baik dan Benar
Pak Karjo yang sudah tua mulai sakit-sakitan. Tapi karena biasa bekerja, ia enggan berbaring seharian di atas ranjang. Ia kembali ke kebunnya dan menanam sebatang pohon mangga.
Tetangganya yang bernama Pak Grutu mencibir.
Baca Juga : Gigi Hewan Pengerat Akan Terus Tumbuh, Cari Tahu Sebabnya, yuk!
"Dasar serakah, sudah sakit-sakitan tetap saja bekerja! Jangan-jangan dia mau menimbun harta. Huh... Dia kira uangnya bisa dibawa mati, apa?"
Pak Karjo hanya tersenyum menanggapi sindiran tetangganya itu. Ia tetap rajin merawat kebunnya, terutama pohon mangga yang baru ditanamnya itu.
Pohon itu disiram dan dipupuk secara teratur. Hingga suatu hari, Pak Grutu melintas di kebunnya. Pak Grutu heran melihat Pak Karjo yang kian hari kian giat bekerja. Ia menegur Pak Karjo,
Baca Juga : Yuk, Cari Tahu Apa Saja Bahayanya Kalau Gigi Berlubang Tidak Diobati!
"Untuk apa, sih, bersusah payah menanam pohon mangga, Pak Karjo? Bapak, kan, sudah tua, dan sakit-sakitan. Pasti masih lama menunggu pohon mangga itu tumbuh dan berbuah. Belum tentu Bapak nanti dapat menikmatinya!"
Baca Juga : 5 Makanan yang Menyebabkan Bau Badan, Pernah Makan?
Seperti biasa, Pak Karjo hanya tersenyum.
"Pohon ini saya tanam bukan untuk saya sendiri, Pak Grutu. Tetapi untuk anak cucu!" jawab Pak Karjo bijak.
Baca Juga : Ingin Menyerap Pelajaran dengan Cepat? Ini 6 Tipsnya
Pak Grutu bertambah bingung. Bukankah Pak Karjo tak punya keturunan? Sejak istrinya meninggal dunia beberapa tahun silam, Pak Karjo hidup sebatang kara tanpa sanak saudara.
Pak Grutu menggelengkan kepalanya keheranan. Beberapa bulan kemudian, sakit Pak Karjo bertambah parah.
Akhirnya ia meninggal dunia. Seluruh penduduk desa merasa kehilangan Pak Karjo yang ramah dan sederhana itu.
Baca Juga : Selain Menggunakan Mata, Beberapa Ular Laut Bisa Mendeteksi Cahaya Menggunakan Ekor
Tahun demi tahun berlalu, Pohon Pak Karjo tumbuh besar dan berbuah lebat. Dahan dan rantingnya yang merunduk menjulurkan mangga-mangga yang ranum dan lezat.
Para penduduk desa berebut ingin mencicipinya, hingga akhirnya mangga-mangga itu dibagikan sama rata.
Tapi anehnya, buah itu tak pernah habis walau terus menerus dipetik. Bahkan beberapa warga membuatnya untuk manisan dan dijual di pasar.
Baca Juga : 3 Makanan yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Bersama Minuman Soda
Sama seperti penduduk desa lainnya, anak dan cucu Pak Grutu juga sangat menyukai buah manga Pak Karjo.
Tapi setiap kali mendapat jatah mangga, Pak Grutu menggelengkan kepala.
"Aku tidak suka buah mangga, cuma membuat sakit perut saja!" katanya dengan wajah cemberut seperti biasa.
Baca Juga : 3 Hal yang Dilakukan Sebelum Tidur Ini Bisa Membuat Kita Jadi Lebih Pintar
Suatu ketika, salah seorang anak Pak Grutu membuat masakan istimewa. Bu Grutu mengajak keluarganya makan siang sambil menggelar tikar di bawah pohon mangga Pak Karjo yang rimbun dan teduh. Pak Grutu menolak.
"Banyak hantu di sana!" ujarnya beralasan.
Baca Juga : Teknologi VR Jadi Terapi Fobia Teman-Teman Berkebutuhan Khusus
Diam-diam Pak Grutu mengintip dari balik jendela. Istri dan anak-anaknya tampak asyik makan siang di bawah pohon mangga sambil ngobrol. Sementara cucu-cucunya berlarian dan bermain-main dengan riang gembira.
Dalam hati Pak Grutu merenung. Ternyata kerja keras Pak Karjo tak siasia. Seluruh penduduk desa dapat merasakan hasilnya, termasuk anak dan cucu Pak Grutu sendiri.
Baca Juga : Sidikalang, Kota Penghasil Kopi Primadona di Sumatera Utara
Walau Pak Karjo tak punya keturunan, tapi ia menganggap seluruh generasi muda di desa itu sebagai anak dan cucunya.
Ternyata hingga akhir hayatnya Pak Karjo masih menanam amal kebajikan.
Buah kerja kerasnya tak habis-habis dipetik sampai sekarang. Bahkan mungkin dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Baca Juga : Rahasia Kapal yang Besar dan Berat Bisa Mengapung di Atas Air
Pak Grutu menatap sekeranjang mangga di atas meja. Ah, tampak menggiurkan! Pak Grutu mencicipi sebuah. Hmm,... rasanya manis menyegarkan. Pak Grutu mengupas sebuah mangga lagi.
Tapi tiba-tiba...
"Lho, Pak, katanya tidak suka mangga?" Bu Grutu muncul di muka pintu. Pak Grutu gelagapan.
Baca Juga : Lihat Hasil X-Ray Hewan-Hewan di Kebun Binatang London, yuk!
"Eh... anu, cuma mencicipi."
"Lho, mencicipi kok sampai dua biji?" sindir Bu Grutu sambil membenahi biji mangga yang masih berserakan. Ia hendak membuang biji-biji mangga itu.
"Eit, bijinya jangan dibuang, Bu. Biar nanti kutanam di pekarangan!"
Baca Juga : Wah, Film Dragon Ball Baru, Nih! Ada Kejutan Apa Saja di Film Ini?
"Buat apa menanam biji manga Pak? Bukankah masih lama menunggu pohonnya tumbuh dan berbuah. Lagipula belum tentu kita dapat menikmati hasilnya!"
"Buat anak cucu, Bu!" teriak Pak Grutu seraya membawa biji mangga. Diraihnya cangkul yang tergantung di dinding dapur menuju pekarangannya. Bu Grutu cuma menatap suaminya bingung sambil garuk-garuk kepala.
Baca Juga : Cerita Misteri: Petualangan di Wisteria Lodge (11) Hilangnya Nona Burnet
Cerita oleh: Dwi Pujiastuti. Ilustrasi: Dok. Majalah. Bobo
Tonton video ini, yuk!