Ama, Tradisi Penyelam Perempuan di Jepang Selama Ribuan Tahun

By Avisena Ashari, Kamis, 7 Maret 2019 | 18:26 WIB
Penyelam Ama di Jepang (Fg2/Wikimedia Commons)

Bobo.id - Kita jalan-jalan ke Jepang, yuk!

Jepang memiliki banyak budaya populer yang terkenal dan jadi negara yang teknologinya maju.

Di sisi lain, penduduk Jepang juga sangat menjaga tradisi budaya tradisional.

Salah satu tradisi yang sudah berusia ribuan tahun adalah perempuan penyelam yang dipanggil 'Ama'.

Ama, Sang Ibu Lautan

Dalam bahasa Jepang, Ama artinya perempuan laut, teman-teman.

Catatan sejarah Jepang menuliskan kisah Ama sejak tahun 750 Sebelum Masehi, lo. Ama disebutkan dalam sebuah kumpulan puisi Man'yoshu.

Sampai saat ini, tradisi penyelam perempuan ini masih dilakukan di wilayah tepi pantai di Jepang.

Ama menyelam sambil membawa peralatan.

Salah satunya adalah sukari, jaring yang digunakan untuk membawa hasil tangkapannya. Sukari ini dikaitkan ke tubuhnya mengenakan tali.

Baca Juga : Saat Berenang, Air Bisa Masuk ke Hidung Kita dan Terasa Sakit, Kenapa?

Para penyelam mengenakan pakaian selam tradisional warna putih, penutup mata dan hidung, teman-teman.

Ada juga Ama yang mengenakan pakaian selam modern yang berwarna lainnya.

Setiap harinya, Ama menyelam selama 1,5 sampai 2 jam untuk mencari hasil laut.

Di zaman dahulu, para Ama mengenakan bambu runcing untuk berburu di dalam laut.

Para penyelam perempuan ini mencari tiram, kerang, mutiara, rumput laut, timun laut, dan yang lainnya.

Hasil laut ini berbeda-beda tergantung pada musim, teman-teman.

Bisa Menahan Napas Sampai 2 Menit

Memiliki kemampuan menyelam yang baik, para Ama bisa menyelam sampai kedalaman 30 meter, lo.

Para Ama tidak menggunakan tabung oksigen saat menyelam, lo. Mereka bisa menahan napas sampai 2 menit di dalam air.

Baca Juga : Tubuh Orang Bajau yang Nomaden di Lautan Sudah Beradaptasi dengan Air

Saat kembali ke permukaan, mereka menghela napas sebentar, dan bersiul pelan. Siulan pelan ini namanya isobue.

Teknik bersiul inilah yang diwariskan turun-temurun yang bisa membantu pernapasan para Ama.

Kemudian, karena tradisi ini sudah berjalan puluhan tahun, tubuh Ama dan keturunannya berevolusi. Mereka memiliki kapasitas paru-paru yang lebih besar dibandingkan orang biasa.

Hebatnya, kebanyakan Ama sudah menjadi penyelam selama puluhan tahun karena mereka memulainya saat berusia muda.

Bahkan rata-rata para Ama terus bekerja sampai berusia sekitar 80 tahun! Keren!

Ama di Masa Modern

Orang Jepang percaya kalau perempuan lebih cocok untuk melakukan pekerjaan menyelam ini, teman-teman.

Ini karena mereka memiliki lapisan lemak yang lebih banyak, sehingga bisa menahan suhu hangat tubuh di air laut yang dingin.

Selain itu, perempuan di Jepang juga dipuji karena sifat mandirinya, teman-teman.

Baca Juga : Ikan Oarfish di Jepang Jadi Pertanda Bencana Alam, Benar atau Tidak, ya?

Di zaman dahulu tidak ada banyak pilihan pekerjaan untuk perempuan. Sehingga menyelam dan mencari hasil laut untuk dijual banyak diminati perempuan di wilayah tepi pantai.

Wilayah yang paling terkenal dengan tradisi ini adalah Toba City, Mie, Jepang.

Saat ini, perempuan di Jepang punya lebih banyak pilihan pekerjaan dan jumlah Ama menurun.

Di masa setelah Perang Dunia II, Ama berjumlah 20.000 orang. Namun di tahun 2017 jumlahnya hanya sekitar 2.000 orang.

Namun, ada juga perempuan muda yang ingin meneruskan tradisi ini dan terus menyelam sampai tua nanti, lo.

Tahukah kamu? Di Korea juga ada kisah penyelam perempuan di Pulau Jeju, lo. Baca kisahnya di artikel berikut, ya!

Baca Juga : Haenyeo, Tradisi Penyelam Perempuan di Pulau Jeju, Korea Selatan

Yuk, lihat video ini juga!