Bobo.id - Apakah kamu pernah mempelajari bahasa isyarat?
Bahasa isyarat merupakan bahasa yang digunakan oleh teman-teman tuna rungu.
Kalau kamu belum pernah mempelajarinya, mungkin kamu bisa belajar dari teman-teman kita yang tinggal di Desa Bengkala, Buleleng, Bali.
Yap, di sana hampir semua penduduknya bisa berbahasa isyarat, teman-teman.
Cari tahu tentang Desa Bengkala, yuk!
Desa Bengkala, Desa Tuna Rungu
Desa Bengkala dikenal dengan sebutan Desa Tuli atau Desa Tuna Rungu, teman-teman.
Namun, ini bukan karena penduduk di desa Bengkala seluruhnya memiliki kondisi tuna rungu.
Dari sekitar 3000 warga yang tinggal di sana, ada sekitar 44 orang dengan kondisi tersebut, teman-teman.
Baca Juga : Makanan Cokelat Unik di Berbagai Tempat, Ada Bawang Sampai Bunga, lo!
Ini karena di desa tersebut ada kondisi genetik yang umum di antara warganya.
Kondisi genetik ini sudah diturunkan selama beberapa generasi, teman-teman.
Kondisi ini disebabkan oleh gen resesif yang menyebabkan seseorang memiliki tingkat ketulian lebih tinggi.
Menurut peneliti, gen tersebut membuat setidaknya 1 dari 50 kelahiran bayi di Bengkala mengalami kondisi tuna rungu.
Kata Kolok, Bahasa Isyarat Warga Bengkala
Di Bali, tuli atau tuna rungu disebut 'kolok'. Karenanya, bahasa isyarat masyarakat Bengkala disebut kata kolok.
Uniknya, bahasa isyarat kata kolok berbeda dengan bahasa isyarat yang umum digunakan di tempat lain.
Yap, masyarakat di Bengkala lah yang membuat bahasa isyarat ini untuk berkomunikasi.
Baca Juga : Kreatif, Ini yang Dilakukan Penduduk Bangladesh Saat Cuaca Panas
Sehingga, kata kolok menjadi bahasa isyarat yang hanya dipahami oleh sesama masyarakat Bengkala, teman-teman.
Menurut Bapak I Made Arpana, 80 persen warga di Bengkala bisa menggunakan kata kolok.
Teman-teman kita yang ada di usia sekolah dasar juga belajar kata kolok di sekolah, lo!
Kata kolok diajarkan oleh guru di sekolah dasar, mulai dari kelas 1 SD sampai kelas 6 SD.
Ini membuat semua anak, baik yang memiliki kondisi tuna rungu ataupun tidak, bisa menerima pelajaran yang sama, teman-teman.
Saling Menghargai
Di Desa Bengkala, penduduk yang memiliki pendengaran baik disebut 'enget'.
Baik enget dan kolok, sama-sama berkomunikasi menggunakan kata kolok, teman-teman.
Mereka juga sama-sama mengerjakan kegiatan sehari-hari dengan berdampingan.
Baca Juga : Ingin Mencoba Menjadi Ninja? Yuk, Berkunjung ke Desa Ninja di Jepang
Bahkan, di Bengkala juga ada Kawasan Ekonomi Masyarakat Kolok Bengkala, di mana masyarakat, baik kolok maupun enget, bisa mengasah keterampilan seni.
Disana warga bisa berlatih keterampilan seni musik dan seni tari.
Wah, lingkungan tempat tinggal yang menyenangkan, ya?
Apa kamu tertarik untuk mengunjungi desa ini jika berkunjung ke Bali?
Baca Juga : Penduduk di Desa Ini Tidak Dipanggil dengan Nama, Namun dengan Nada
Yuk, lihat video ini juga!