Cerita Misteri: Kathrin yang Jujur

By Sarah Nafisah, Rabu, 8 Mei 2019 | 19:00 WIB
Cerita Misteri: Kathrin yang Jujur (Dok. Majalah Bobo/Dewi Tri)

Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerita misteri hari ini, ya?

Cerita misteri hari ini berjudul Kathrin yang Jujur.

Yuk, langsung saja kita baca cerita misteri hari ini!

-----------------------------

Baca Juga : Cerita Misteri: Jalan Ajaib

Bu Liam adalah pemilik penggilingan gandum yang baik hati. Ia sering membagi gandum yang sudah digiling untuk warga desa yang miskin.

Suatu hari, ia mendengar berita bahwa Bibi Edith meninggal dunia. Bibinya yang sudah sangat tua itu semasa hidupnya sangat kikir. Itu sebabnya, harta yang ia tinggalkan sangat banyak. Karena tak punya keluarga lain, maka Bu Liam yang mendapatkan warisan Bibi Edith.

Baca Juga : Cerita Misteri: Pak Yu dan Penyihir Jahat

“Rasanya tidak pantas aku menerima harta Bibi Edith. Semasa hidupnya, aku jarang mengunjunginya karena Bibi Edith tak suka dikunjungi,” kata Bu Liam sedih pada Kathrin, pelayannya yang setia.

“Itu rejeki dari Tuhan, Bu Liam. Dengan harta itu, Bu Liam jadi bisa membantu lebih banyak warga desa ini,” ujar Kathin bijak.

Baca Juga : Meski Cheetah Cepat, Hewan Pelari Maraton Ini Punya Ketahanan Lebih Kuat

Bu Liam akhirnya memutuskan untuk berangkat pagi-pagi sekali esok hari ke rumah bibinya. Ia menyiapkan kereta kuda untuk berangkat. Ia juga meminta Kathrin untuk menyiapkan sarapan pada pukul lima pagi.

Kathrin adalah gadis yang sangat tertib. Karena khawatir bangun terlambat, ia malah terbangun di tengah malam. Ia mengira cahaya bulan yang terang adalah cahaya matahari terbit. Maka, ia bergegas ke dapur dengan panik untuk membuat api.

Baca Juga : Berbuka Puasa Diawali dengan Takjil, Apa Arti Kata Takjil, ya?

Sayangnya, kayu-kayu bakar di dapur agak lembab sehingga tak bisa dinyalakan. Kathrin cemas kalau ia tak sempat membuat sarapan. Ia melihat ke jendela dapur dan melihat cahaya di timur.

“Ada orang yang membuat api unggun! Syukurlah!” seru Kathrin lega.

Ia segera berlari keluar rumah. Di padang rumput, sekitar dua puluh meter dari rumah Bu Liam, tampak ada api unggun kecil menyala. Ia berlari cepat membawa panci untuk meletakkan bara.

Baca Juga : Kucing Suka Tidur di Atas Tubuh Kita, Cari Tahu Penyebabnya, yuk!

Ketika tiba di dekat api unggun, ia melihat tiga pria berpakaian putih. Mereka duduk di dekat api unggun tanpa bicara samasekali.

“Maaf… bolehkah… bolehkah aku meminta satu atau dua batu bara?” tanya Kathrin dengan takut-takut.

Ketiga pria itu tetap tidak bergerak atau berbicara. Kathrin berpikir, ketiga lelaki itu mungkin anggota keluarga Bu Liam. Mungkin mereka menunggu Bu Liam untuk pergi bersama ke rumah Bibi Edith. Karena mereka  masih berdiam diri, Kathrin mengambil beberapa batu bara api.

“Terimakasih,” ucap Katrin sopan sambil membungkuk tiga kali, dan berlari kembali ke rumah.

Baca Juga : Puasa Identik dengan Ngabuburit, Apa Arti Ngabuburit, ya?

Akan tetapi, saat ia menuangkan bara ke perapian, api di bara itu padam. Kathrin panik dan berlari kembali ke padang rumput. Dengan malu-malu, ia menyapa lagi tiga pria di dekat api unggun, dan mengambil beberapa batu bara lagi.

Ia mengucapkan terima kasih dan membawa pulang batu bara itu ke rumah. Akan tetapi, begitu dituang ke perapian, sekali lagi api pada batu bara menjadi padam, dan bara menjadi hitam kembali. Sekarang Kathrin mulai merasa takut. Ia merasa ada yang aneh pada ketiga pria di padang rumput itu.

Baca Juga : Jadwal Rilis Film Fase Keempat Marvel Cinematic Universe Sudah Diumumkan, lo!

Saat itu, terdengar lantai kayu di langit-langit rumah berderit-derit. Kathrin berpikir Bu Liam mungkin sudah bangun dan ingin sarapan. Ia tak ingin majikannya kecewa. Maka, Kathrin mengumpulkan keberaniannya. Ia bergegas mengambil wajan, dan berlari lagi ke padang rumput bertemu ketiga pria tadi.  

Dan karena mereka tidak menjawab pertanyaannya lagi, maka Kathrin mengambil batu bara terbesar yang nyalanya paling cerah. Ia memasukkan ke dalam wajannya, dan mengucapkan terimakasih. Wajah ketiga pria tadi tampak semakin pucat. Kathrin menjadi takut dan berlari lebih cepat dari sebelumnya, kembali ke rumah.

Baca Juga : 5 Tingkah Laku Kucing Ini Akan Buat Kita Gemas, Lihat, yuk!

“Sekarang, Bu Liam pasti sudah bangun,” pikirnya panik. Ia buru-buru menuang batu bara menyala itu ke perapian. Namun, lagi-lagi, batu bara itu pun padam dan menjadi hitam.

Di saat yang sama, terdengar bunyi lonceng di tengah malam. Bunyi guntur juga bersahut-sahutan di sekeliling rumah. Kathrin melihat keluar dari jendela. Tampak di luar, ketiga pria tadi pelan-pelan menjadi samar, lalu menghilang bersama api unggun mereka.

Kathrin sangat ketakutan. Ia bergegas masuk ke kamarnya di loteng, dan menyembunyian diri di bawah selimut.

Baca Juga : Cari Tahu Meriahnya Tradisi Ramadan di Mesir, Irak, dan Albania, yuk!

“Siapa ketiga lelaki itu? Apakah mereka hantu? Atau malaikat?”

Kathrin berbaring tanpa bisa menutup mata untuk waktu yang lama. Ketika pagi tiba, barulah ia tertidur pulas. Kathrin belum terbangun saat jam menunjukkan pukul enam pagi. Ia kesiangan.

Ketika Bu Liam turun, ia tidak menemukan sarapan tersedia untuknya. Kathrin juga tidak ada. Ketika masuk ke dapur, ia juga tidak melihat panci susu yang dipanaskan. Namun, ia sungguh terkejut saat melihat ke perapian.

Baca Juga : Wah, Desa di Italia Ini Sangat Terpencil Sampai Tidak Ada di Peta!

Tampak kilau-kilau koin emas bertaburan di perapian. Koin-koin itu tersusun tiga lapis. Lapisan yang paling atas, lebih besar dan lebih indah dari yang di bawah. Jumlah keseluruhan koin itu bahkan jauh lebih banyak dari warisan Bibi Edith.

Pada saat itu, Kathrin terbangun dan masuk ke dapur. Ia juga tercengang melihat tumpukan koin emas itu. Ia menceritakan kejadian yang dialaminya sepanjang malam sampai subuh. Bu Liam adalah wanita yang baik dan jujur. Ia sudah bersyukur dengan warisan dari Bibi Edith. Maka katanya pada Kathrin,

Baca Juga : Merasa Pusing Saat Puasa? 4 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya

“Kalau begitu, semua koin emas ini adalah milikmu, Kathrin. Pasti ini adalah hadiah dari tiga malaikat itu untukmu, karena kau sangat setia.”

Gadis pelayan itu kini menjadi wanita muda yang sangat kaya. Namun ia tak mau berpisah dengan Bu Liam yang baik hati. Ia tetap menjadi pelayan di rumah Bu Liam. Bersama majikannya itu, mereka membantu banyak warga desa yang kurang mampu.

Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Dewi Tri

Baca Juga : Pohon Sakura Tertua di Jepang Usianya Sampai 2000 Tahun, Pernah Lihat?

Tonton video ini, yuk!