“Bu,” kata Chika. “Aku kan sering membantu Ibu bikin kue. Aku selalu melihat dan menghapal apa yang Ibu lakukan. Kalau kali ini aku bikin kue sendiri, apa menurut Ibu aku bisa berhasil?”
Ibu berpikir sebentar dan bersin selama dua menit. Lalu katanya,
“Wah, kamu pasti bisa, Chika. Kenapa Ibu tidak terpikir kalau kamu bisa bikin sendiri. Kamu hanya harus hati-hati dengan alat pemanggang kue cubitnya. Ibu yakin kamu bisa…”
Chika sangat gembira. Ia pun mulai bekerja dengan hati-hati. Ibunya hanya sesekali mengingatkan. Chika menimbang semua bahan dengan teliti. Tepung, telur, gula… Ia memisahkan, mencampur, mengaduk… Chika juga memakai sarung tangan tebal dan hati-hati menuang adonan ke cetakan kue cubit. Ibu pernah mengajarinya membalik kue cubit dengan menggunakan lidi.
Baca Juga : Agar Tidak Bosan, Ini Tips Ngabuburit yang Bisa Kita Lakukan di Rumah
“Wah, Ibu tidak sangka Chika sudah mahir sekali,” puji Ibu saat melihat Chika membalik kue cubit dengan trampil.
Ibu mau berkomentar lagi, tetapi lalu buru buru menjauh karena bersin-bersin lagi.
Karena Chika membuat kue persis seperti resep ibunya. Ia juga membuat dengan cara yang persis seperti yang ibunya ajarkan. Itu sebabnya, kelezatan kue cubit Chika juga persis seperti buatan Ibu.
“Ini lezat sekali, Chika!” puji Ibu saat mereka mencicipinya bersama.
“Yaaa, rasanya sama dengan buatan Ibu, ya!” kata Chika sambil mulai merapikan dapur lagi.
Baca Juga : Ada Kepulauan Seribu di Perbatasan Amerika Serikat dan Kanada