Perbedaan Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Belanda dan Jepang

By Iveta Rahmalia, Senin, 11 Mei 2020 | 08:34 WIB
Perbedaan Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Belanda dan Jepang (Upik Wira Marlin Djalins via dissertationreviews.org)

Bobo.id – Pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan berbeda dengan sekarang. Pendidikan di masa penjajahan Belanda pun berbeda dari masa penjajahan Jepang.

Pada masa penjajahan Belanda, pelajar hanya boleh dari kalangan bangsawan. Sementara pada masa penjajahan Jepang, pelajar boleh dari kalangan mana pun.

Inilah perbedaan pendidikan Indonesia di masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Baca Juga: Begini Cara Duduk yang Benar Saat Belajar di Rumah Supaya Tidak Capek

Zaman Pendudukan Belanda

Memasuki abad ke 16, bangsa Portugis datang ke Indonesia, ternyata mereka juga mendirikan sekolah yang bertujuan memberikan pendidikan baca, tulis, dan hitung sekaligus mempermudah penyebaran agama katolik.

Ketika Belanda memasuki Indonesia, kegiatan sekolah oleh Portugis ini berhenti, digantikan dengan sekolah yang dirintis oleh Belanda, masih dengan basis keagamaan.

Ambon menjadi tempat yang pertama dipilih oleh Belanda dan setiap tahunnya, beberapa penduduk Ambon dikirim ke Belanda untuk dididik menjadi guru.

Baca Juga: Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan

Ketika Indonesia memasuki tahun 1627, telah terdapat 16 sekolah yang memberikan pendidikan kepada sekitar 1300 siswa.

Tidak berhenti sampai di Ambon, Belanda memperluas pendidikan di pulau Jawa dengan mendirikan sekolah di Jakarta pada tahun 1617.

Memasuki abad ke 19, Belanda mendirikan 20 sekolah untuk penduduk Indonesia di setiap ibukota keresidenan karena pada masa diberlakukannya Tanam Paksa tahun itu, Van den Bosch membutuhkan banyak tenaga ahli.

Namun, saat itu pelajar hanya boleh berasal dari kalangan bangsawan.

Ketika era tanam paksa berakhir dan memasuki masa politik etis, beberapa sekolah Belanda mulai menerima pelajar dari berbagai kalangan yang kemudian berkembang menjadi bernama Sekolah Rakjat.

Pada akhir era abad ke-19 dan awal abad ke-20, Belanda memperkenalkan sistem pendidikan formal yang lebih terstruktur pada rakyat Indonesia, yaitu:

1. ELS (Europeesche Lagere School) – Sekolah dasar bagi orang eropa.

 

2. HIS (Hollandsch-Inlandsche School) – Sekolah dasar bagi pribumi.

 

3. MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) – Sekolah menengah.

 

4. AMS (Algeme(e)ne Middelbare School) – Sekolah atas.

 

5. HBS (Hogere Burger School) – Pra-Universitas.

Baca Juga: Apa Isi Perjanjian Linggarjati Antara Indonesia dan Belanda? Ketahui Latar Belakang, Dampak, Serta Tokohnya, yuk!

 

Tidak berhenti sampai di sana, Belanda juga mendirikan sejumlah perguruan tinggi di Pulau Jawa pada abad ke-20.

 

Tujuannya saat itu adalah Belanda ingin memperdalam pendidikan di Indonesia.

 

Beberapa perguruan tinggi yang didirikan, yaitu:

1. School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) – Sekolah kedokteran di Batavia.

 

2. Nederland-Indische Artsen School (NIAS) – Sekolah kedokteran di Surabaya.

 

3. Rechts Hoge School – Sekolah hukum di Batavia.

 

4. De Technische Hoges School (THS) – Sekolah teknik di Bandung.

Baca Juga: Sejarah Film Indonesia Sudah Bermula Sejak Penjajahan Belanda, lo!

Zaman Pendudukan Jepang

Ketika Belanda menyerah pada Jepang di Kalijati, Subang, sistem pendidikan di Indonesia pun diambil alih oleh Jepang.

Bedanya, Jepang membuka sekolah ini untuk seluruh kalangan masyarakat, bukan hanya bangsawan.

Jepang menyediakan sekolah rakyat (Kokumin Gakko) sebagai pendidikan dasar, sekolah menengah sebagai pendidikan menengah, dan sekolah kejuruan bagi guru.

Jika pada masa penjajahan Belanda, bahasa utama yang digunakan adalah Bahasa Belanda, maka saat masa pendudukan Jepang berubah  menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa utama diikuti bahasa Jepang sebagai bahasa kedua.

Selain itu, Jepang juga banyak menanamkan ideologi mental kebangsaan.  Dengan memberlakukan tradisi seperti menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, senam bersama menggunakan lagu Jepang (taiso), mengibarkan bendera, dan penghormatan terhadap kaisar.

(Penulis: Iveta, Putri Puspita)

Baca Juga: Sudah Ada Sejak Masa Penjajahan, Inilah Sejarah PSSI

Foto Headline: dissertationreviews.org

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id

Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com