Laporan Science Alert yang dilansir dari Kompas.com Jumat (3/7/2020) serangga-serangga rakus ini sudah berkembang biak dengan subur sejak 2019.
Salah satu yang mungkin menjadi penyebabnya adalah kondisi cuaca yang basah.
Bukan ratusan atau ribuan, jumlah belalang di sana bisa mencapai triliunan. Belalang-belalang ini kemudian menghancurkan padang rumput dan tanaman berharga lain mulai dari Kenya, Ethiopia, Yaman dan bahkan menjangkau hingga bagian India utara.
Wabah belalang ini dianggap menjadi wabah terburuk yang terjadi dalam beberapa dekade.
Banyak orang yang khawatir akan kelaparan dan juga kejatuhan ekonomi di beberapa wilayah yang terserang wabah itu.
Namun bagi ahli entomologi Dino Martins, wabah belalang itu juga merupakan peringatan dari alam.
"Ada pesan yang lebih dalam dan pesannya adalah bahwa kita sedang mengubah lingkungan," kata Martins.
Martins yang bekerja di Pusat Penelitian Mpala di Kenya utara menyebut jika penggundulan hutan, perluasan padang pasir, degradasi lingkungan lokal dan penggembalaan berlebih menciptakan kondisi ideal untuk belalang berkembang biak.