Mengapa Para Pemuda Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok Menjelang Proklamasi Kemerdekaan?

By Iveta Rahmalia, Selasa, 18 Agustus 2020 | 08:05 WIB
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta (Presidential Library / Public Domain)

Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok

Akhirnya, golongan muda Indonesia kembali melakukan rapat di Asrama Baperpi (Kebun Binatang Cikini) hari itu juga. Hasilnya, mereka sepakat untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta agar tak mendapat pengaruh Jepang.

Mereka pun memutuskan untuk menyingkirkan Soekarno dan Hatta ke luar kota untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.

Ädam Malik pada tahun 1970 mengenang saat itu pemuda sepakat bahwa kemerdekaan harus dinyatakan sendiri oleh rakyat. Jangan menunggu kemerdekaan sebagai hadiah dari Jepang.

Saat itu, pasukan Peta telah siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang timbul setelah proklamasi dinyatakan.

Mengutip dari Harian Kompas tanggal 16 Agustus 1966, Soekarno dan Hatta akhirnya dibawa pergi ke Rengasdengklok dengan menggunakan kendaraan militer pada 16 Agustus 2020.

Golongan muda yang membawa Soekarno-Hatta kala itu terdiri dari Wikana, Aidit, Chaerul Saleh dan lainnya.

Rengasdengklok terletak di sebuah kecamatan di Karawang, Jawa Barat.

Daerah itu dipilih karena dinilai lebih aman dibandingkan Jakarta yang mempunyai kemungkinan mudah bergolak. Wilayah ini merupakan daerah kekuasaan Peta.

Selain itu, di pertigaan Kedunggede yang menjadi jalur menuju Rengasdengklok terdapat pos penjagaan tentara Peta. Sehingga kalau ada pergerakan tentara Jepang menuju Rengasdengklok dapat segera diketahui.

Rumah milik Djiauw Kie Siong, seorang petani keturunan Tionghoa dipilihlah untuk tempat persembunyian, karena rumahnya saat itu tertutup rimbunan pohon dan tak mencolok.

Kedatangan Soekarno dan Hatta disambut baik rakyat Rengasdengklok. Bendera Jepang Hinomaru diturunkan oleh rakyat Rengasdengklok, diganti dengan bendera merah putih.

Baca Juga: Bagaimana Perang Pasifik Mengubah Perjuangan Soekarno dan Mengapa Jepang Membebaskan Soekarno dari Pengasingan?