Dongeng Anak: Raja Komprang dan Raja Batok #MendongenguntukCerdas

By Sarah Nafisah, Sabtu, 19 September 2020 | 16:30 WIB
(Dok. Majalah Bobo)

“Kita harus mengurangi minum, Sri Baginda?” tanya seorang anak.

“Oh, tidak, Nak! Kita perlu cukup minum supaya sehat,” jawab Raja.

“Boleh mandi dan mencuci pakaian, Sri Baginda?” tanya seorang ibu.

“Tentu saja boleh, Bu! Kita perlu bersih supaya sehat,” jawab Raja. “Tapi kalau biasanya kita mandi 20 gayung, sekarang 10 gayung sajalah.”

Raja sendiri berhemat air, jadi rakyat rela meniru. Hasilnya? Walaupun musim penghujan tidak juga datang, rakyat Negeri Komprang tidak kekurangan air.

Sekarang kita lihat Negeri Batok. Raja Batok dan penduduknya pun mungil. Bedanya, pakaian rakyatnya compang-camping, tapi pakaian raja dan keluarganya bersulam benang emas. Yang sama cuma potongan rambut mereka.

Di sana, kalau kamu pergi ke pemangkas rambut, tukang pangkas akan menelungkupkan batok kelapa kecil di kepalamu. Rambutmu yang menonjol dari tepi mangkuk akan digunting dan dikerik sampai plontos. Yang tersisa hanya rambut yang tertutup oleh batok kelapa. Laki-laki dan perempuan sama!

Jadi bagaimana caranya membedakan laki-laki dari perempuan di Negeri Batok? Oh, ujung hidung laki-laki ditandai tutul hitam. Dari jauh kelihatannya seperti lalat hinggap, tetapi dari dekat seperti kismis, keriput. Namun yang penting sebenarnya bukan urusan tata rambut atau tutul di hidung, tetapi masalah air.

Cadangan air di Negeri Batok pun berkurang, tapi raja dan rakyatnya tidak mau berhemat air. Tahu-tahu air di Negeri Batok habis! Tanaman dan hewan mati. Kemudian rakyat pun banyak yang tewas kehausan. Anehnya Raja Batok tidak peduli. Oh, rupanya karena di istana masih banyak air! Ia baru kelabakan ketika air kolam renangnya surut.

Baca Juga: Sering Alami Keringat Dingin? Hati-Hati, Bisa Jadi Terkena 4 Masalah Kesehatan Ini, Salah Satunya Serangan Jantung