Raja Batok mengirim surat lewat merpati pos ke Negeri Komprang yang jauuuh sekali, meminta air untuk rakyatnya. Raja dan rakyat Negeri Komprang iba mengetahui nasib rakyat Negeri Batok. Jadi dialirkanlah sebagian air mereka ke Negeri Batok. Eh, air itu bukan dibagikan kepada rakyat, tetapi dipakai mengisi kolam-kolam renang Raja Batok dan keluarganya! Ck! Ck! Ck!
Ketika rakyat Negeri Komprang tahu, Raja Komprang memperingatkan Raja Batok: “Kami akan menghentikan pengiriman air kalau air tidak dibagikan kepada rakyat Anda yang kehausan.” Eh, Raja Batok malah marah. Ia menghasut rakyatnya: “Rakyatku yang kucintai,” katanya. (Ah, dia berbohong!). “Rakyat Komprang kelebihan air, tapi tidak mau membantu kita. Mereka ingin kita mati kehausan, supaya bisa mengusai negeri kita (Bohong lagi!). Kalian mau dijajah mereka?”
“Tidaaaak!” seru rakyat yang mudah termakan hasutan gara-gara kehausan dan kelaparan.
“Demi tanah air kita yang tercinta, kita harus membela diri. Kita serang mereka!” teriak Raja Batok. Begitulah, ia mengirim tentaranya dan para pemuda ke Negeri Komprang. Sementara pasukannya menempuh perjalanan panjang yang panas melelahkan, raja dan keluarganya berenang-renang di kolam. Kasihan sekali pasukan yang kekurangan air itu, seorang demi seorang tewas di perjalanan.