Bobo.id - Teman-teman sudah tahu manfaat mendongeng, kan? Mendongeng bisa membuat kita menjadi cerdas.
Nah, hari ini ada dongeng anak yang berjudul Pangeran Kecil.
Jangan lupa untuk membaca dongeng atau minta orang tuamu untuk mendongeng untukmu, ya!
-----------------------------
Baca Juga: Dongeng Anak: Kacamata Keren Aki #MendongenguntukCerdas
Kutemukan seorang teman di kolong ranjang. Seperti tikus, ia membobol dinding kamarku, bersembunyi di sudut gelap, dan menangis tersedu-sedu. Aku merangkak ke dalam kolong untuk mencarinya. Astaga, tubuhnya hanya sebesar botol. Akan tetapi, jempol kakinya besar. Sebesar jempol kakiku, dan menembus sepatunya yang bagus! Ia tampak ketakutan. Kuberi ia senyuman.
“Aku ini pangeran,” katanya sambil terisak. “Penyihir istana menyihirku karena pagi ini aku mengganggunya. Aku bisa kembali seperti semula bila aku melakukan empat perbuatan besar dalam waktu sehari. Aku bingung… perbuatan besar apa yang harus kulakukan...”
Sepertinya pangeran itu berkata jujur. Pakaiannya memang mewah seperti seorang pangeran. Kuangkat tubuhnya, lalu merangkak mundur. Kubawa teman baruku itu ke dapur.
“Pangeran Kecil, kami hanya punya sedikit makanan,” kataku sambil mengorek bakul nasi yang nyaris kosong. “Kami sudah selesai sarapan. Sisa nasi dibawa Ayah ke ladang.”
Pangeran Kecil melompat ke dalam piring nasi di atas meja. Sementara ia makan, aku mulai berpikir tentang perbuatan besar yang bisa dilakukan olehnya.
“Tak mungkin Membangun istana, atau menaklukkan negeri lain dalam sehari,” keluhku. “Mari kita pergi ke atas bukit! Mungkin di atas sana, kita mendapat jawaban!”
Saat mendaki bukit, terdengar jeritan seekor rubah. Ekornya terjepit pohon yang tumbang. Aku mendekat dan berkata, ”Aku akan menolongmu nanti. Sekarang aku dan temanku tak punya waktu. Kami harus memikirkan hal-hal besar dahulu.”
Akan tetapi, setiba di atas bukit, kami tidak bisa berpikir tenang karena rubah yang malang itu terus melolong. Pangeran Kecil pun berlari kencang menuruni bukit untuk menolongnya.
“Mari kita menyusuri sungai! Siapa tahu kau bisa melakukan perbuatan besar di sana,” kataku setelah kami bersusahpayah mengangkat pohon, membebaskan rubah tadi.
Air sungai sedang mengalir deras. Ada seekor anak lembu terbawa arus!
“Tolooong… tolooong…” teriak Lembu yang timbul tenggelam itu.
Ia akhirnya berhasil menggapai batu besar di tengah sungai.
“Bisakah kau menunggu di situ?” teriakku dari tepi sungai. “Aku dan temanku harus melakukan perbuatan besar dahulu!”
“Tidak bisaa…” balas Lembu.
“Batu ini sangat licin. Arus semakin deras. Aku tidak bisa bertahan lama!”
“Kita harus menyelamatkannya sekarang!”
Pangeran Kecil memutuskan. Kami lalu menarik Lembu itu ke tepi dengan sebatang bambu panjang. Lembu itu selamat. Kami sangat kelelahan dan beristirahat di bawah pohon.
“Tolong…telurku!” Tiba-tiba terdengar jeritan dari atas pohon. Sebutir telur meluncur kencang di atas wajahku. Sebelum aku sadar sepenuhnya, telur itu telah mendarat selamat di kedua tangan Pangeran Kecil yang mungil. Induk burung mencicit.
“Hampir saja aku memecahkan telurku sendiri! Maukah kalian mengembalikannya ke dalam sarang?”
“Baiklah,” kataku. Segera kupanjat pohon tempat burung itu bersarang.
“Aku haus,” kataku ketika turun kembali. “Kulihat sebuah sumur tak jauh dari sini. Mari kita ke situ!”
Baca Juga: Apa Saja Faktor yang Memengaruhi Pemanasan Global? Materi Belajar dari Rumah SMP
Tampak seorang laki-laki tua di dekat sumur. Ia sangat girang melihat kami datang.
“Tuhan mengirim kalian kemari untukku!” teriaknya. “Tolonglah! Aku menjatuhkan timba dan talinya ke dalam sumur!”
Aku segera mengumpulkan akar-akar gantung pohon beringin. Kusambung akar-akar itu menjadi tali yang kuat. Pangeran Kecil menemukan sebuah botol sebagai pengganti timba. Kami bertiga pun bisa minum sepuasnya.
“Terima kasih atas kebaikan kalian,” kata laki-laki tua itu sambil bangkit berdiri. “Semoga Tuhan memberkati kalian,” ujarnya, lalu pergi.
Saat itu menjelang petang. Matahari perlahan terbenam. Suka citaku menjadi padam. Aku baru ingat Pangeran Kecil belum melakukan perbuatan besar. Sihir itu tak kan hilang. Temanku akan tetap kecil dengan jempol besar!
Pangeran Kecil yang duduk di pundakku menepuk aku lembut. Aku menoleh perlahan. Aku malu karena gagal membantunya. Kulihat kedua kakinya menggantung di dadaku. Sepatunya berwarna keemasan berbentuk lancip. Tak ada tandatanda pernah dijebol jempol. Aku tertegun.
“Aku telah kembali seperti semula!” Pangeran Kecil meluncur dari pundak ke telapak tanganku. Ia masih tetap kecil. Wajahnya tampan, nakal, dan riang. Aku heran ia bergembira. Ia mengangkat kedua kakinya silih berganti.
Baca Juga: Tak Pandang Bulu, COVID-19 Juga Bisa Menyerang Anak-Anak, Ketahui Cara Mencegahnya
“Tadi aku mendengar bisikan begini, ‘Kau telah melakukan empat perbuatan kecil tapi besar, Pangeran Kurcaci. Semoga kau mendapat pelajaran.’ Lalu, hop, jempol kakiku kembali kecil!” cerita Pangeran. “Aku akan pulang. Aku harus minta maaf pada penyihir istana. Ternyata mengganggu orang lain membuat malu diri sendiri. Aku juga akan mengirim pengawalku untuk memperbaiki dinding kamarmu.”
“Oh, tidak usah! Aku bisa menutupinya dengan batu,” tolakku, masih terpana.
Sebelumnya kupikir tubuhnyalah yang akan membesar, bukan jempol kakinya yang mengecil.
“Kalau begitu, kuberi kau hadiah. Kuundang kau dan orangtuamu untuk makan malam di istana. Nanti malam kalian kujemput dengan kereta kencana.”
Senyumku langsung mengembang. Orang tuaku pasti senang. Giliranku melakukan perbuatan kecil tapi berarti bagi kedua orang tuaku sekarang! Berpesta di Negeri Kurcaci sampai kenyang!
Cerita oleh: Lena D. Ilustrasi: Dok. Majalah Bobo
#MendongenguntukCerdas
Baca Juga: Mengapa di Indonesia Tidak Turun Salju?
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com