Sayang, cangkang itu terlalu sempit. Bisa-bisa, ia harus berjalan mirng seperti kepiting. Kemudian, ia mencoba lagi rumah siput lain berwarna abu-abu kehitaman. Namun, ternyata terlalu besar.
Setelah berjalan ke sana sini, akhirnya ia mendapat sebuah cangkang berwarna cokelat bergaris-garis putih. Sebetulnya Kelo kurang suka, tetapi ternyata cangkang itu pas di tubuhnya. Ia merasa nyaman.
“Sudahlah, aku pakai dulu ini. Nanti kalo ada yang lebih bagus, aku ganti!” pikir Kelo Kelomang.
Karena sudah lelah mencari cangkang, Kelo tertidur di bawah rumpun bunga kana. Entah berapa lama ia terlelap. Tiba-tiba, Kelo terbangun karena cengkangnya bergoyang-goyang.
“Waaah, gempa bumi! Bahaya!” seru Kelo Kelomang sambil bersiaga dengan capitnya.
Getaran berhenti. Kelo mengintip. Di sekitarnya, tampak banyak hewan lain yang bercangkang mirip dengan cangkang barunya. Tubuh hewan-hewan itu tampak lunak. Mereka memandangi Kelo dengan marah. Ternyata, hewan-hewan itu yang menggoyang-goyangkan cangkang Kelo. Mereka adalah sekelompok bekicot.
“Naaah, ini pencurinya sudah bangun!” teriak seekor bekicot. “Berani sekali kamu mencuri cangkang saudara kami!”
“Tapi.. tapi.. cangkang ini sudah kosong. Tidak ada penghuninya!” kata Kelo Kelomang gugup.
Baca Juga: Pengertian dan Dampak Globalisasi, Ada Dampak Positif dan Dampak Negatif