Gerakan urban farming sendiri awalnya bermula di Kuba saat masa embargo atau larangan lalu lintas barang terjadi. Saat itu masyarakat di sana tidak bisa mendapatkan bahan pangan, sehingga mereka memulai urban farming.
Selain diterapkan pada pertanian dan perkebunan, urban farming juga mencakup peternakan dan budidaya, teman-teman.
Bagaimana Cara Menerapkan Urban Farming?
Pertanian dalam perkotaan ini bisa kita mulai di mana saja, teman-teman.
Tempat untuk menerapkan urban farming misalnya di pekarangan rumah, balkon hingga atap rumah, lahan di area pemukiman, atau area perkantoran.
Di masa pandemi COVID-19 ini, semakin banyak orang melakukan urban farming di rumah, lo. Misalnya dengan menanam sayuran di rumah.
Beberapa tanaman yang umum dibudidayakan dalam urban farming misalnya sayuran hijau seperti sawi, kangkung, bayam, dan pakchoy; tanaman rempah seperti jahe dan serai; umbi-umbian seperti singkong dan ketela; hingga buah-buahan seperti cabai, tomat, anggur, dan mentimun.
Di lahan yang lebih luas, urban farming juga bisa diterapkan untuk budidaya ikan atau beternak ayam.
Urban farming juga bisa diterapkan dengan metode hidroponik, vertikultur, akuaponik, dan wall gardening, yang bisa dilakukan di tempat dengan area yang terbatas.
Keuntungan Urban Farming
Konsep urban farming atau pertanian di perkotaan ini berperan penting, karena ada banyak orang tinggal di perkotaan.
Tahukah kamu? Semakin pendek waktu perjalanan distribusi pangan, maka gizinya semakin baik.
Sehingga, salah satu keuntungan dari urban farming adalah menghasilkan produk pertanian yang lebih bergizi untuk dikonsumsi.