Dalam artikel lain di Kompas.com, Pakar Kesehatan Masyarakat juga pernah mengatakan bahwa ada hubungan antara mobilitas penduduk dengan penambahan kasus positif COVID-19.
Pada acara talkshow bersama Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 pada September 2020, Pakar Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Bapak Iwan Ariawan, menjelaskan bahwa jika mobilitas penduduk tinggi di suatu waktu, jumlah kasus COVID-19 juga semakin banyak pada waktu itu.
Anjuran mengurangi mobilitas juga disampaikan oleh Satgas Penanganan COVID-19, teman-teman.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Bapak Wiku Adisasmito, juga menjelaskan bahwa saat masa pandemi COVID-19, mobilitas penduduk harus dibatasi.
Bapak Wiku menjelaskan, ada kemungkinan orang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain sudah terinfeksi COVID-19, sehingga ketika berpindah tempat justru menularkan ke penduduk lain di daerah itu.
Hal ini terutama berisiko bagi orang yang rentan, seperti orang berusia lanjut atau orang dengan kondisi kesehatan tertentu.
Cara Mengurangi Mobilitas untuk Mencegah Penularan COVID-19
Tahukah teman-teman? Anjuran mengurangi mobilitas juga sudah disampaikan sejak awal masa pandemi, lo.
Yap, anjuran untuk beraktivitas di rumah saja adalah bentuk dari upaya mengurangi mobilitas.
Selain itu, Peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah juga dilakukan untuk membatasi mobilitas penduduk di wilayahnya masing-masing, sehingga tidak tertular dari satu tempat ke tempat yang lain.
Baca Juga: Muncul Varian Baru Virus Corona, Apakah Lebih Berbahaya? Ini Faktanya