Kemudian, sebagian orang berpendapat bahwa angin kencang yang dapat memindahkan batu tersebut dari satu posisi ke posisi yang lain.
Teori ini dianggap paling masuk akal dan mungkin terjadi, karena batu bisa bergerak atas kombinasi kekuatan angin, suhu, dan air.
Meskipun Racetrack Playa adalah daratan kering, sebenarnya tetap ada air yang terkumpul di permukaan daratan setelah hujan.
Brian Dunning, seorang peneliti dari California menyatakan ketika ada air dan suhu turun di bawah titik beku, maka terciptalah lapisan es yang tipis.
Saat ada angin, lapisan es yang mulai mencair ini akan menyeret bebatuan melintasi lapisan permukaan lumpur yang licin.
Baca Juga: Jarang atau Bahkan Tak Pernah Dikunjungi Manusia, Ini 5 Tempat Misterius di Bumi
Percobaan Sederhana
Seorang peneliti dari NASA, Ralph Lorenz juga penasaran dengan fenomena batu bergerak di Death Valley ini.
Sehingga ia melakukan percobaan dengan menaruh batu di sebuah permukaan stoples yang rata.
Kemudian, Lorenz menuangkan sekitar satu inci air, sehingga batu tidak tenggelam.
Setelah itu, stoples berisi baru dan air ini dimasukkan ke dalam freezzer, sehingga permukaan air dapat membeku.
Ketika sudah membeku, Lorenz mengeluarkan wadah tersebut dan meniup secara perlahan di permukaan lapisan es.
Ajaibnya, batu tersebut bergerak sedikit demi sedikit di permukaan lapisan es tipis, dan meninggalkan jejak, persis seperti yang terjadi di Death Valley.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.