“Adik sudah makan. Tinggal kita yang belum. Makan sekarang, yuk!”
“Loh, Riri tidak mau makan bubur, Bu. Riri sudah besar!” Ibu tersenyum. “Kan Riri sendiri yang bilang kalau Ibu harus adil dan tidak boleh pilih kasih. Semua harus sama. Jadi mulai sekarang, makanan kita juga harus sama.”
“Ih, Ibu..”
Ibu tertawa. “Adil bukan berarti harus sama kan Ri. Adil itu menempatkan sesuatu sesuai dengan hak dan kebutuhannya. Ibu belikan adik mainan karena anak seusianya perlu aktivitas yang merangsang otak dan gerak anggota tubuh. Sedangkan buku bacaan bagus buat menambah wawasan Riri sebagai siswa kelas enam.”
Riri tertegun. Ia kini paham. “Iya, Bu.”
“Bagaimana? Masih ingin disamakan dengan adik? Makan bubur, yuk.” goda Ibu.
“Tidak, Bu.“ Riri menggeleng kuat-kuat. Ibu yang sedang mengeluarkan sayur sop dan dan ayam goreng dari lemari makan tertawa mendengarnya.
Mulai sekarang, Riri bertekad membuang jauh-jauh rasa iri dari hatinya. Seusai makan malam, Riri segera mencium kening adiknya yang telah pulas, sebagai permintaan maaf. “Maafkan Kakak, ya adikku,” gumam Riri.
(Disadur dari Nusantara Bertutur Kompas Minggu, 23 Juli 2017)
1. Jelaskanlah tokoh utama dan wataknya. Jelaskanlah perubahan yang terjadi pada tokoh utama pada cerita di atas.
Jawaban: