Kala itu, acara Gemar Menggambar menjadi salah satu acara favorit anak-anak yang sedang belajar maupun mempunyai hobi menggambar.
Karena kelembutannya, Pak Tino berhasil mengajarkan anak-anak untuk tidak takut menarik garis lurus dan lengkung, serta beliau juga selalu mengapresiasi karya murid-muridnya.
Selain sebagai seniman, Pak Tino Sidin juga merupakan anggota Tentara Pelajar Brigade 17 Yogyakarta sampai tahun 1949.
Bahkan pada tanggal 25 November 2020 lalu, wajah beliau sempat menghiasi halaman muka mesin pencarian Google sebagai salah satu tokoh seniman dan guru menggambar.
Pak Tino meninggal pada 29 Desember 1995 dan dimakamkan di Yogyakarta. Meski begitu, ilmunya dapat kita nikmati hingga saat ini melalui Museum Taman Tino Sidin.
Museum Taman Tino Sidin
Museum Taman Tino Sidin sebenarnya merupakan kediaman Pak Tino yang sudah ditinggali sejak tahun 1981 di Yogyakarta.
Sebelum menjadi museum, kediamannya dikenal sebagai rumah tetenger, yang dalam bahasa Indonesia berarti rumah penanda untuk memudahkan banyak orang menemukan kediaman Pak Tino.
Baca Juga: Punya Ratusan Museum, Ini 5 Fakta Menarik Kota London di Inggris
Rumah Pak Tino disebut sebagai museum kecil atau Rumah Tetenger sejak 4 Oktober 2014.
Kemudian, Pemerintah merevitalisasi bangunan ini selama 3 tahun yaitu tahun 2015-2017 sebelum akhirnya diresmikan.
Revitalisasi adalah proses, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali.