Bobo.id - Sebelum berpuasa, kita akan menunggu keputusan dari pemerintah melalui sidang Isbat.
Sidang Isbat tahun ini akan diadakan Jumat malam, 1 April 2022.
Salah satu hal penting yang disoroti dalam sidang Isbat adalah adanya hilal yang menjadi tanda awal bulan dalam Kalender Hijriah, teman-teman.
Kalender Hijriah memiliki beberapa perbedaan dengan Kalender Masehi yang kita gunakan sehari-hari.
Kalender Hijriah adalah kalender berdasarkan gerak revolusi Bulan terhadap Bumi.
Revolusi Bulan ini menyebabkan adanya fase-fase bulan, dimulai dari Bulan baru, Bulan sabit awal, Bulan kuartal pertama, Bulan cembung awal, Bulan purnama, Bulan cembung akhir, Bulan kuartal akhir, dan Bulan sabit akhir.
Nah, pergantian bulan pada kalender Hijriah ini ditandai dengan fase Bulan baru.
Fase Bulan baru inilah yang disebut dengan hilal, teman-teman.
Dalam memasuki bulan Ramadan, hilal akan terus diamati dan dipantau sebagai penanda awal puasa.
Namun terkadang hilal seringkali sulit terlihat, sehingga awal puasa menjadi berbeda pada sebagian kalangan masyarakat.
Baca Juga: Apa Itu Hilal? Simak Penjelasan Lengkap Hilal yang Jadi Acuan Awal dan Akhir Ramadan
Kenapa hilang sering sulit terlihat, ya?
Empat Hal yang Bikin Hilal Sulit Terlihat Menurut BMKG
Dilansir dari Kompas, pengamatan hilal harus dilakukan pada ketinggian dan kemiringan terhadap Bulan dengan pas.
Menurut ilmu sains, hilal tidak mungkin terlihat dengan pengamatan di bawah 5 derajat dari cakrawala.
Sebab, jika di bawah lima derajat, cahaya matahari saat terbenam akan mengalahkan cahaya hilal yang lebih lemah.
Akibatnya, cahaya hilal tak akan terlihat.
Menurut BMKG, inilah empat hal yang membuat hilal sulit terlihat saat pemantauan menjelang Ramadan:
1. Tinggi Bulan Terhadap Cakrawala
Tinggi bulan harus di atas nol derajat. Artinya, hilal akan tampak jika teramati jauh di atas cakrawala.
Baca Juga: Begini Cara Menentukan Tanggal Puasa dan Lebaran yang Berbeda di Setiap Tahunnya
Sinar Matahari senja akan mengalahkan sinar hilal, sehingga pengamat harus menentukan waktu yang pas dalam mengamati hilal selepas Matahari terbenam
2. Umur Bulan
Umur Bulan ini adalah berapa lama Bulan tampak di langit setelah Matahari tenggelam.
Biasanya, hilal baru bisa jelas teramati setelah 10 jam. Sementara, jika umur Bulan masih 8 jam, kecerlangannya masih agak redup.
Walau memiliki kecerlangan redup, hilal sudah bisa dijadikan tanda memasuki awal bulan Hijriah.
3. Lag time
Lag time adalah waktu di antara Matahari tenggelam hingga habisnya cahaya senja di langit sebelah barat.
Pada waktu lag time, hilal tak akan bisa diamati, karena akan kalah dengan cahaya senja yang jauh lebih terang.
Lag time rata-rata di wilayah Indonesia adalah 17 hingga 30 menit setelah matahari terbenam.
Baca Juga: Cara Menentukan Tanggal Puasa dan Lebaran yang Dilihat Berdasarkan Munculnya Hilal
Mengetahui panjangnya lag time ini sangat penting bagi pengamat, karena bisa menentukan awal pengamatan hilal dengan baik.
4. Elongasi
Elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari.
Jadi makin jauh jarak Bulan ke Matahari, maka hilal akan semakin mudah terlihat.
Ketepatan pengamatan elongasi Bulan ini sangat bergantung pada titik pengamatan.
Sebab, elongasi Bulan tidak bisa diamati di beberapa titik di Indonesia.
Sehingga BMKG harus mengamati hilal di puluhan tempat di Indonesia supaya bisa mendapatkan hasil pengamatan hilal yang terbaik.
Teman-teman, itulah penyebab hilal kadang sulit terlihat.
Semoga nanti malam hilal terlihat jelas, ya! Kita nantikan sidang Isbat bersama-sama!
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.