Mengulik Isi Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' Karya RA Kartini

By Niken Bestari, Rabu, 20 April 2022 | 15:15 WIB
Mengulik isi buku Habis Gelap Terbitlah Terang karya RA Kartini. (Youtube Majalah Bobo)

Bobo.id - Hari Kartini diperingati pada tanggal 21 April.

Hari Kartini adalah bentuk peringatan tanda jasa pada pahlawan perempuan Indonesia, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.

RA Kartini adalah pahlawan yang memelopori gerakan emansipasi wanita atau emansipasi perempuan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), emansipasi adalah pembebasan dari perbudakan; persamaan hak dalam berbagai kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum perempuan dengan kaum pria).

Dalam perjuangan menegakkan emansipasi perempuan, perjuangan Kartini tercatat dalam buku berjudul 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.

Lantas, apa isi buku tersebut? Yuk, kita bahas bersama-sama.

Isi Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang'

Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' adalah surat-surat Kartini kepada para sahabatnya yang merupakan orang Belanda.

Kemudian kumpulan surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan.

Baca Juga: Kisah Hidup Raden Ajeng Kartini, Pahlawan Nasional Indonesia yang Berjuang untuk Perempuan dan Pendidikan

Dilansir dari KOMPAS (21/04/2022), kumpulan surat-surat Kartini yang kemudian dibukukan pertama kali diterbitkan pada tahun 1911.

Buku itu disusun oleh JH Abendanon, salah seorang sahabat pena Kartini yang kala itu menjabat sebagai menteri (direktur) kebudayaan, agama, dan kerajinan Hindia Belanda.

Di dalam buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang', Kartini menceritakan perjuangannya menggapai hak yang setara bagi perempuan dan laki-laki.

Di dalam buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' akan dijumpai kata-kata seperti nasionalisme, demokrasi, negara, bangsa, kemerdekaan, hingga kesadaran nasional.

'Habis Gelap Terbitlah Terang' diterbitkan dan  beredar luas di golongan elit cendekiawan Indonesia pada saat itu.

Dalam surat-suratnya, Kartini menuliskan gagasannya tentang kekangan sistem feodal dan kolonial yang menghambat kemajuan bangsa pribumi Indonesia.

Selain itu, Kartini juga mencantumkan gagasannya tentang bagaimana seharusnya peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sistem feodal adalah pemberian hak-hak istimewa pada sebagian orang yang hanya berasal dari kalangan bangsawan, terpelajar, atau orang-orang berkuasa.

Sedangkan sistem kolonial adalah pemberian hak-hak istimewa hanya kepada penjajah dan orang yang bekerja untuk penjajah.

Baca Juga: Tetap Bersemangat Belajar Meski Tidak Lagi Boleh Sekolah, Ketahui Lebih Jauh Tentang Kartini, yuk!

Menurut Kartini, kedua sistem tersebut menghambat kemajuan bangsa karena adanya ketidakadilan pada masyarakat biasa, terutama bagi perempuan.

Gagasan Kartini itulah yang menjadi asal usul dari gerakan emansipasi perempuan.

Cetakan Terakhir

Surat pertama Kartini tertanggal 25 Mei 1899 dan ditujukan untuk Estella H. Zeehandelaar.

Selain Estella, Kartini juga mengirim ke Nyonya Ovink-Soer, Nyonya RM Abendanon-Mandri, Tuan Prof Dr GK Anton dan istrinya, Nona Hilda G de Booij, dan Nyonya van Kol.

Tercatat, Surat terakhir Kartini ditujukan untuk Nyonya Abendanon-Mandri tertanggal 7 September 1904. Setelah itu, buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' dicetak sebanyak 5 kali.

Pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Dalam buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' terdapat 106 surat Kartini kepada para sahabatnya.

Berikut ini daftar penerima dan jumlah surat yang telah ditulis Kartini:

1. Estelle H Zeehandelaar atau Stella (14 surat),

Baca Juga: Bukan Hanya Kartini, Pahlawan-Pahlawan Perempuan Ini Juga Berjasa untuk Indonesia

2. Ny Ovink-Soer (8 surat),

3. Tuan Prof dr GK Anton di Jena dan istrinya (3 surat)

4. Dr N Andriani (4 surat)

5. Ny HG de Booy-Boisevain (5 surat)

6. Ir HH van Kol (3 surat)

7. Ny N van Kol (3 surat)

8 Ny RM Abendanon-Mandri (49 surat)

9. Mr JH Abendanon (5 surat)

10. EC Abendanon (6 surat)

Baca Juga: Mengenal Sosok Raden Ajeng Kartini, Salah Satu Pahlawan Perempuan pada Masa Penjajahan Belanda

11. Sepucuk surat tidak jelas ditujukan kepada siapa,

12. Sepucuk lagi merupakan surat gabungan kepada pasangan suami istri Abendanon.

Tercatat bahwa RA Kartini menulis suratnya dalam Bahasa Melayu. Namun, buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' sudah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, seperti bahasa Jawa dan Sunda.

Dampak Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang'

Buku Habis 'Gelap Terbitlah Terang' mampu menumbuhkan semangat perjuangan kebangsaan pemuda Indonesia.

Buku ini menjadi bacaan anggota Perhimpunan Indonesia dan Budi Utomo yang menjadi organisasi pemuda dalam melawan penjajahan di Indonesia.

Buku itu memperoleh reaksi positif dari masyarakat dan mendapat dukungan di Belanda. Karena banyaknya dukungan pada gerakan emansipasi tersebut, pada tahun 1916, Kartini mendirikan Yayasan Kartini.

Yayasan Kartini kemudian mendirikan sekolah perempuan di beberapa daerah Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang hingga Cirebon.

Nah, itulah isi buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' yang menceritakan kisah perjuangan RA Kartini. Sebagai generasi muda penerus bangsa, kita wajib meneruskan cita-cita luhur para pahlawan kita, ya, teman-teman!

Tonton video ini juga, yuk!

----

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.