Penggunaan pantun dalam lirik disimpulkan sebagai simbol filosofi Minangkabau dimana ayam merupakan hal yang dinilai mewah dan hanya orang tertentu yang dapat memeliharanya.
Tentu saja ketika kita mengalami kehilangan sesuatu yang berharga, kita akan mengalami kesedihan.
Sehingga dengan kata "ayamku lepas" diartikan sebagai hilangnya sesuatu yang berharga.
Akan tetapi, pemilihan ayam juga dianggap ada maksud lain karena masih banyak benda mewah lain yang dapat diasumsikan menjadi benda mewah.
Aransemen Nada
Nada yang mengiringi lagu Ayam den Lapeh kemudian diaransemen oleh Abdul Hamid, yang terkesan ceria.
Padahal jika liriknya dicermati memiliki kesan muram dan menyedihkan.
Baca Juga: Contoh Soal dan Pembahasan tentang Menyanyikan Lagu Ondel-Ondel
Dilansir dari National Geographic ini berarti menertawakan nasib atau peristiwa buruk yang telah lewat dan jangan larut dalam kesedihan.
Para peneliti dari Universitas Negeri Padang menilai lagu ini menyiratkan bagi pendengarnya untuk tetap tegar, konsisten, dan kuat menjalani segala macam rintangan mekski belum tercapai.
Hal itu bisa dilihat dari aspek kebahasaan dan aspek musiknya yang paradoks dan gaya yang dimainkan Orkes Gumarang.
Masyarakat yang menikmati lagu ayam den lapeh tidak lagi melihat kandungan pesan atau isi dari lagu tersebut, baik yang mengerti bahasa minang maupun tidak.