Tutupan awan dapat berguna untuk menutupi permukaan bumi dari radiasi matahari secara langsung.
Ditambah lagi di masa pancaroba seperti ini, jumlah awan yang terbentuk dari musim penghujan ke musim kemarau juga sedikit.
Akibatnya, tutupan awan juga sedikit, sehingga radiasi matahari yang diterima permukaan bumi itu juga akan lebih besar.
Ketiga adalah faktor kondensasi atau pendinginan karena efek pendinginan yang sudah selesai di belahan bumi yang mengalami musim dingin.
Terjadinya musim dingin di belahan dunia yang memiliki empat musim juga dapat mengurangi suhu panas di wilayah-wilayah tropis seperti Indonesia.
Namun, saat ini pada bulan Mei, musim dingin telah berakhir, sehingga efek pendingin yang disebabkan oleh wilayah tersebut juga ikut berkurang.
Namun ternyata ada beberapa negara di bulan April yang masih mengalami musim dingin seperti di Taiwan, Jerman, Kanada, Inggris itu bulan April masih musim dingin.
Baca Juga: Hati-Hati, Heat Stroke Sering Terjadi Karena Cuaca Panas, Ini Bahayanya
Bapak Andi menambahkan bahwa bulan April tapi suhunya masih negatif, begitu masuk bulan Mei suhunya sudah di atas 0 derajat celsius.
Selain ketiga faktor tersebut, Bapak Andi juga menyebutkan, efek dari urban heat island atau pulau panas perkotaan yang turut andil sebagai penyumbang terjadinya kenaikan suhu di Indonesia.
Pulau panas perkotaan ini disebabkan oleh jumlah tutupan pepohonan yang semakin berkurang, kemudian bertambahnya bangunan, terutama bangunan yang menggunakan semen atau cor.
Pasalnya, semen sulit untuk dingin namun lebih mudah menyerap panas, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pemicu terjadinya suhu panas.